Gempa dan Tsunami Punya Dampak Positif Bagi Alam, Benarkah?

Apakah benar gempa dan tsunami turut memberi dampak positif bagi alam? Ini jawabannya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 27 Des 2018, 19:05 WIB
Diterbitkan 27 Des 2018, 19:05 WIB
Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (unsplash/ Paolo Nicolello)

Liputan6.com, Santa Barbara - Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa gempa dan tsunami sejatinya memiliki manfaat yang cukup besar bagi lingkungan hidup di pesisir.

Alkisah, para ilmuwan dari Universidad Austral de Chile dan Institut Ilmu Kelautan (MSI) pada University of California Santa Barbara, melakukan penelitian bersama tentang dampak ekologi terhadap struktur buatan manusia di pesisir, seperti dinding laut dan tanggul berbatu.

Mereka melakukan survei terhadap sembilan pantai berpasir di kawasan Maule dan Biobio di negara bagian California pada akhir Januari 2010, lalu dilanjutkan sebulan setelahnya di sebagian wilayah barat laut Chile.

Saat meneliti di Chile, sebagaimana dikutip dari Planetsave.com pada Kamis (27/12/2018), terjadi gempa berkekuatan magnitudo 8,8, di mana tercatat sebagai terbesar keenam yang pernah terekam oleh seismograf.

Gempa yang diikuti oleh gelombang tsunami itu menewaskan lebih dari 500 orang.

Tetapi dari tragedi tersebut, muncul kisah penemuan ilmiah yang mengejutkan, bahwa gempa dan tsunami ternyata memberi dampak positif bagi alam.

Dalam hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE, mereka menunjukkan bahwa flora dan fauna kembali ke pantai yang sudah lama tidak ditempati setelah gempa dan tsunami dahsyat menerjang, seperti yang terjadi di Chile pada 2010 silam.

"Sering kali Anda menganggap gempa bumi sebagai penyebab kehancuran total, dan menambahkan tsunami di atasnya merupakan bencana besar bagi ekosistem pesisir. Seperti yang diduga, kami melihat kematian tinggi kehidupan intertidal di pantai dan pantai berbatu, tetapi pemulihan ekologis di beberapa situs pantai berpasir justru tampak sangat luar biasa," kata Jenifer Dugan, seorang ahli biologi penelitian di MSI.

"Gundukan tanaman kembali memenuhi tempat-tempat yang tadinya gundul akibat sapuan tsunami. Gempa bumi menciptakan habitat pantai berpasir, di mana sebelumnya telah lama hilang," lanjutnya.

Untuk beberapa pesisir, muncul kabar tentang pantai yang tenggelam, terutama di mana tsunami memperburuk penurunan permukaan yang disebabkan oleh gempa bumi.

Namun, di beberapa daerah pengangkatan permukaan terjadi karena gempa melebar dan meratakan beberapa pantai.

Memengaruhi Ekosistem

Secara alami, pantai-pantai yang tenggelam mengalami kematian ekosistem intertidal (pasang surut), tetapi pantai-pantai yang melebar segera dibanjiri dengan kembalinya tanaman dan hewan, yang telah lama menghilang pasca-tsunami.

"Dengan penelitian di California dan penelitian kami di sini (Chile), kami tahu bahwa membangun struktur pertahanan pantai, seperti dinding laut, dapat memicu penurunan keanekaragaman intertidal," kata penulis utama Eduardo Jaramillo, dari Universidad Austral de Chile.

"Tetapi setelah gempa, di mana terjadi peningkatan daratan yang signifikan, area pantai yang kehilangan ekosistem karena pembangunan dinding laut, dengan cepat mengalami pemulihan alamai, hanya beberapa pekan setelahnya," lanjutnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Pentingnya Keberadaan Pantai

wisata pantai lampung
Pantai Pasir Putih (sumber: dinaspariwisata.lampungprov.go.id)

Di lain hal, apa yang juga ditemukan oleh para peneliti --yang lebih fokus pada penelitian tentang pelindung pantai buatan manusia-- adalah bahwa terdapat jejak kehancuran yang bersifat jangka panjang di ekosistem pesisir, ketika manusia mencoba membentuk kembali pantai.

"Ketika seseorang membangun tembok laut, tidak hanya habitat pantai ditutupi dengan dinding itu sendiri, tetapi juga pasir turut hilang perlahan di depan dinding, hingga akhirnya tidak ada lagi pantai," ujar Dugan.

Ditambahkan oleh Dugan, bahwa zona pasir semi-kering dari ekosistem pasang surut atas dan menengah hilang terlebih dahulu, hanya menyisakan zona pantai bawah yang bersifat basah.

Hal ini menyebabkan pantai kehilangan keanekaragaman serta fungsi ekologisnya, termasuk burung pesisir dan simbiosisnya dengan ragam tanaman sekitar.

"Ini adalah dampak manusia yang kurang dihargai di garis pantai di seluruh dunia, dan dengan perubahan iklim semakin menekan pantai, itu adalah masalah yang sangat serius untuk dipertimbangkan," sambung Jaramillo.

Menurutnya, hal itu penting diperhatikan, karena pantai berpasir mewakili sekitar 80 persen dari garis pantai terbuka secara global.

Juga, pantai berpasir merupakan salah satu penghalang terbaik terhadap kenaikan permukaan laut yang terjadi di seluruh dunia.

"Sangat penting untuk menjaga pantai berpasir. Mereka tidak hanya penting untuk rekreasi, tetapi juga untuk konservasi," tegas Jaramillo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya