Liputan6.com, Hodeidah - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, mengatakan bahwa kekhawatiran meningkat di Pelabuhan Hodeidah, menyusul konflik yang tidak kunjung usai antara pemberontak, pasukan pemerintah Yaman, dan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Dikutip dari Channel News Asia pada Senin (11/2/2019), kondisi tersebut memicu urgensi terhadap akses toko-toko bahan pangan, di mana persediaan gandum di sana "berisiko membusuk".
Advertisement
Baca Juga
Fasilitas gudang gandum yang dihadirkan oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) di tepi Laut Merah, disebut mampu memberi makan 3,7 orang penduduk Yaman selama sebulan.
"Namun, faktanya kini, fasilitas tersebut sulit diakses sejak lebih dari lima bulan terakhir, konflik di Hodeidah membuat buntu jalan menuju ke sana," kata Martin Griffiths, utusan PBB terkait.
Saat ini, Griffiths tengah melobi berbagai pihak untuk membicarakan solusi dalam menemukan cara mengakses gudang gandum.
Pernyataan bersama antara Griffiths dan kepala operasi bantuan PBB, Mark Lowcock, berkomitmen untuk memperlancar operasi penyaluran bantuan makanan kepada hampir 12 juta orang di seluruh Yaman, yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari mereka.
"Kami menekankan bahwa memastikan akses ke gudang adalah tanggung jawab bersama di antara para pihak dalam konflik di Yaman. Dengan akses yang aman, tidak terkekang, dan berkelanjutan, PBB dapat memastikan sumber pangan ini tersedia bagi orang-orang yang membutuhkan," tulis pernyataan itu.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Perang 4 Tahun yang Membawa Nelangsa
Perang Yaman selama hampir empat tahun telah menewaskan puluhan ribu orang, menghancurkan ekonomi dan membawa jutaan orang ke ambang kelaparan.
PBB mendorong penerapan gencatan senjata dan penarikan pasukan dari Hodeidah, titik masuk utama bagi sebagian besar impor Yaman, berdasarkan kesepakatan pada Desember lalu di Swedia.
Negosiasi antara pihak-pihak yang bertikai pekan lalu, menghasilkan apa yang disebut PBB sebagai "kompromi awal" tentang cara menarik pasukan, meskipun kesepakatan itu akhirnya belum disepakati.
Konflik Yaman mengadu gerakan Houthi --yang selaras dengan Iran-- melawan koalisi pimpinan Arab Saudi, yang berusaha memulihkan pemerintahan pasca-lengsernya Abd-Rabbu Mansour Hadi dari kekuasaan pada 2014.
Advertisement