Ini Cara RI, Australia, dan Selandia Baru Respons Tragedi di Masjid Christchurch

Merespons tragedi teror di Christchurch, menteri luar negeri dari Indonesia, Australia dan Selandia Baru berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang dialog lintas agama.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 20 Mar 2019, 20:06 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2019, 20:06 WIB
Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru Mulai Dimakamkan
Zaed Mustafa menghadiri pemakaman ayah dan saudara laki-lakinya yang meninggal dalam penembakan masjid di Memorial Park Cemetery, Christchurch, Selandia Baru, Rabu (20/3). (AP Photo/Mark Baker)

Liputan6.com, Jakarta - Teror penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru yang dilakukan oleh seorang pelaku berideologi "supremasi kulit putih" menjadi pelajaran bukan hanya bagi Negeri Kiwi, namun negara-negara tetangga di sekitarnya.

Oleh karenanya, menteri luar negeri dari Indonesia, Australia dan Selandia Baru berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang dialog lintas agama. Tujuannya, guna mencegah agar tindak kekerasan dan terorisme serupa atau efek riak dari peristiwa itu tidak terjadi lagi di masa depan.

Hal itu ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam pertemuan bilateralnya dengan mitra setara dari Australia, Marise Payne dan Selandia Baru, Winston Peters, pada sela-sela dialog tingkat tinggi kerja sama Indo-Pasifik di Jakarta, Rabu 20 Maret 2019.

"Kami bertiga berpandangan sama, mengutuk keras serangan itu," kata Menlu Retno.

"Dalam pembahasan saya bersama Payne dan Peters, kami menyadari bahwa dengan adanya tragedi tersebut (di Christchurch), semakin penting arti bagi kita dan negara di dunia untuk lebih meningkatkan lagi kerja sama di bidang dialog lintas agama, dialog toleransi, dan dialog yang menekankan pada penanaman rasa saling menghargai," jelasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Menlu Selandia Baru Winston Peters menekankan hal yang senada mengenai pentingnya toleransi dan saling menghargai

"Pada akhirnya, semua ini (teror di Christchurch) adalah sebuah tragedi menyedihkan bagi kemanusiaan dan tugas kita sekarang, para pemimpin dunia, adalah memberikan keyakinan pada masyarakat tentang moderasi, toleransi dan menghargai semua agama," kata Peters kepada wartawan di Jakarta.

Mengomentari hal yang sama, Menlu Australia Marise Payne, dalam keterangan pers tertulis kepada media dalam agenda dialog tingkat tinggi tersebut mengatakan bahwa tragedi Christchurch "mengingatkan kita tentang keharusan bagi semua untuk bekerjasama, guna menjadikan kawasan kita, kawasan Indo-Pasifik, damai, stabil dan makmur untuk semua."

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dugaan Pelaku Lain

Penembakan di Masjid Selandia Baru
Polisi dan staf ambulans membantu seorang lelaki yang terluka dalam insiden penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Tiga korban penembakan adalah perempuan dewasa dan seorang lagi adalah gadis cilik. (AP Photo/Mark Baker)

Teror penembakan di dua masjid di Christchurch (tepatnya di Masjid Al Noor dan Linwoood Islamic Centre) menewaskan 50 orang dan melukai 50 lainnya.

Seorang tersangka aktor tunggal, Brenton Tarrant (28 tahun, WN Australia) telah ditahan dan didakwa dengan pasal pembunuhan dalam persidangan pada 16 Maret 2019. Otoritas mengatakan bahwa Tarrant "akan didakwa dengan banyak pasal lainnya dalam persidangan lanjutan pada April mendatang."

Selandia Baru masih melaksanakan penyelidikan atas peristiwa teror yang didefinisikan oleh Perdana Menteri Jacinda Ardern sebagai "kejadian terkelam dalam sejarah" negaranya.

Hasil penyelidikan sementara menyimpulkan, Brenton Tarrant "adalah satu-satunya orang yang dituduh melakukan penembakan ... namun itu masih belum konklusif," kata Komisaris Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush awal pekan ini yang menjelaskan bahwa tak menutup kemungkinan ada tersangka lain.

Senada, Menlu Peters mengatakan di Jakarta, "Yang saya lihat, pelaku melakukannya sendiri ... tapi kami akan mencari tahu apakah ada orang lain."

"Tidak menutup kemungkinan ada orang-orang yang ikut berbagi perilakunya (Brenton Tarrant) yang tidak berperasaan, idiot, dan pengecut. Dan orang-orang seperti itu mungkin diterma di seluruh dunia, namun tidak di Selandia Baru," lanjut Peters.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya