Liputan6.com, Shiraz - Sedikitnya 19 orang dilaporkan meninggal dunia dan 100 lebih lainnya luka usai banjir bandang melanda Iran Selatan pada Senin, 25 Maret kemarin.
Dikutip dari BBC, Selasa (26/3/2019) rekaman detik-detik banjir bandang yang melanda kawasan Shiraz tersebar di media sosial. Pergerakan air bahkan menyeret sejumlah benda-benda rumah tangga milik warga.
Banyak pula warga Iran yang berpegangan pada pohon dan tiang-tiang demi menyelamatkan diri dari arus banjir yang menyeret mereka.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Sistem Peradilan Nasional Iran (Iran Judiciary), upaya pemerintah dalam menanggulangi bencana sangat lambat. Ditambah lagi datangnya bencana bersamaan dengan peringatan Tahun Baru Persia.
Banyak kantor pemerintahan yang tutup. "Setiap ada bencana, pemerintah selalu lamban dan gagal dalam memastikan keselamatan warganya," ujar Ebrahim Raisi, kepala Iran Judiciary.
Namun, menurut klaim dari Gubernur Fars, Enayatollah Rahimi banjir di kawasan itu telah berada di bawah kendali. Tim penyelamat pun telah diterjunkan untuk upaya penyelamatan.
"Saya telah memberikan imbauan agar masyarakat selalu berada di dalam lokasi pengungsian supaya terhindar dari bahaya," jelas Rahimi.
Salah satu faktor penyebab terjadinya banjir adalah tingginya curah hujan di kawasan tersebut selama beberapa hari terakhir.
Kini, peringatan banjir telah disebarluaskan ke seluruh provinsi. Bahkan ibukota Iran, Teheran juga telah bersiap apabila hujan dan ancaman banjir melanda.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Banjir Sentani
Belum lama ini, Indonesia juga dilanda banjir bandang. Banjir bandang dan longsor yang terjadi Sabtu malam, 16 Maret 2016 di Sentani menimbulkan sejumlah kerusakan termasuk korban jiwa.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Sebanyak 79 orang meninggal dunia, 43 orang belum ditemukan dan 74 orang luka luka per pukul 14.00 WIB, Senin 18 Maret 2019.
Korban berjatuhan di Kota Jayapura akibat bencana longsor, sementara korban di Kabupaten Jayapura terdampak akibat kombinasi banjir dan longsor.
Dari 9 kelurahan yang terkena banjir, dampak paling parah terjadi di tiga kelurahan, yakni Dobonsolo, Doyo Baru, dan Hinekombe.
Sebanyak 4.226 orang mengungsi di 6 titik yang tersebar, yakni BTN Gajah Mada, BTN Bintang Timur, Doyo Baru, Sekolah HIS Sentani, Posko Induk Gunung Merah dan di SIL Sentani.
Total sebanyak 11.725 keluarga terdampak bencana banjir ini. Kerusakan yang ditimbulkan adalah rumah yang rusak atau terendam banjir. Selain itu terjadi pula kerusakan tempat umum seperti tempat ibadah, sekolah, jembatan, ruko hingga kerusakan drainase dan pesawat yang berada di lokasi.
Menurut Sutopo, banjir ini terjadi akibat curah hujan yang sangat ekstrem. Curah hujan yang besarnya 248.5 mm biasanya terjadi dalam kurun waktu sebulan, namun pada malam itu turun selama 7 jam saja.
Advertisement