Liputan6.com, Caracas - Menlu AS Mike Pompeo mengatakan pada Rabu 1 Mei 2019 waktu setempat bahwa negaranya siap campur tangan secara militer untuk membendung kerusuhan yang sedang berlangsung di Venezuela.
"Tindakan militer itu mungkin," kata diplomat tinggi AS itu kepada Fox Business Network. "Jika itu yang diperlukan, itulah yang akan dilakukan Amerika Serikat," tandas Pompeo.
Namun, menurut pemberitaan yang dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (2/5/2019), dia menegaskan bahwa AS akan lebih memilih transisi kekuasaan secara damai di Venezuela dari Presiden sosialis Nicolas Maduro ke presiden sementara yang mendeklarasikan diri, Juan Guaido. Ketua Majelis Nasional yang diakui oleh Amerika Serikat dan sekitar 50 negara lainnya sebagai pemimpin sah negara itu.
Advertisement
Penasehat keamanan nasional AS, John Bolton mengatakan kepada CNN dan Fox News bahwa Pompeo akan berbicara hari Rabu dengan Menteri LN Rusia, Sergei Lavrov mengenai kelanjutan dukungan Moskow kepada Maduro.
Ketika diwawancarai. Pompeo mengatakan bahwa dalam menghadapi protes jalanan terhadap rezimnya, Maduro siap meninggalkan Venezuela menuju Kuba hari Selasa, tetapi Rusia meyakinkannya untuk tetap berperang melawan seruan Guaido agar militer Venezuela bergabung dengannya dalam upaya menggulingkan Maduro.
Maduro dan Kementerian Luar Negeri Rusia membantah tuduhan keberangkatan Maduro, dan Rusia mengatakan klaim AS adalah bagian dari "perang informasi" yang dirancang untuk menurunkan moral tentara Venezuela dan membangkitkan kudeta.
Nicholas Maduro Klaim Menang
Sebelumnya, para demonstran Venezuela bentrok dengan pihak kemanan di jalan-jalan ibu kota Caracas pada Selasa, 30 April 2019 waktu setempat. Setidaknya 78 orang luka-luka dalam insiden tersebut.
Nicolas Maduro yang saat ini masih memegang kendali pemerintahan Venezuela, memberikan komentar. Ia menyatakan kemenangannya pada Selasa malam atas percobaan pemberontakan, mengutip Al Jazeera pada Rabu 1 Mei 2019.
Maduro juga mengucapkan selamat kepada angkatan bersenjata Venezuela.
"Kelompok kecil ini bermaksud menyebarkan kekerasan melalui pertempuran putschist (bersifat untuk menggulingkan pemerintahan)," kata Maduro.
"Ini tidak akan dibiarkan begitu saja," lanjut Maduro. "(Jaksa penuntut) akan mengeluarkan tuntutan pidana untuk kejahatan berat yang telah dilakukan melawan konstitusi, aturan hukum, dan hak untuk perdamaian."
Advertisement
Pendukung Guaido: Kami Ingin Akhiri Kediktatoran
Sementara itu, demonstrasi tidak hanya berlangsung di satu titik. Ratusan pendukung Guaido juga melancarkan protes di La Carlota, sebuah daerah di Caracas.
"Saya percaya bahwa dengan pergi ke jalan-jalan kami akan menunjukkan kepada dunia bahwa kami ada di sini, dan kami ingin mengakhiri kediktatoran ini," kata Tony Pompa, seorang pendukung oposisi.
Meskipun mendapatkan tanggapan dari angkatan bersenjata, Guaido tak gentar. Ia menyerukan massanya kembali beraksi pada Hari Buruh, Rabu 1 Mei 2019 waktu setempat.