Pemimpin Oposisi Venezuela Minta Bantuan Militer AS untuk Menekan Maduro

Pemimpin oposisi Venezuela mengaku telah mengontak militer AS agar menekan Presiden Nicolas Maduro supaya mundur dari jabatannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mei 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2019, 16:00 WIB
Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido (AFP/Federico Parra)
Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido (AFP/Federico Parra)

Liputan6.com, Caracas - Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mengatakan kepada para pendukungnya, pada Sabtu 11 Mei 2019, dalam sebuah rapat umum di Caracas bahwa dia telah memerintahkan duta besarnya di Amerika Serikat untuk mengontak militer AS agar menekan Presiden Nicolas Maduro supaya mundur dari jabatannya.

Guaido berbicara kepada massa di Alfredo Sadel Plaza di Las Mercedes, sebuah distrik komersial di Caracas, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (12/5/2019).

Dia berbicara sehari setelah sebuah pengadilan Venezuela, Jumat (10/5), memerintahkan Edgar Zambrano, wakil presiden Dewan Nasional yang dikendalikan oposisi, agar ditahan di sebuah fasilitas militer setelah ditangkap awal pekan ini. Zambrano dan sembilan pemimpin oposisi lainnya sedang diselidiki terkait gagalnya pemberontakan militer.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah menyerukan agar Zambrano segera dibebaskan, mengatakan penangkapannya "adalah sebuah serangan terhadap kemandirian cabang legislatif yang terpilih secara demokratis di negara itu."

AS dan sekitar 50 negara lain mendukung pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido, yang menyatakan diri sebagai presiden sementara pada Januari, berdasarkan klaim pemilu 2018 yang memenangkan Maduro tidak sah.

Maduro telah menyebut Guaido sebagai boneka AS. Sementara sang pemimpin oposisi menuduh Maduro berkuasa dengan dukungan Kuba, Rusia dan China.

Situasi Masih Memanas di Venezuela

Puluhan Ribu Demonstran Tuntut Presiden Venezuela Mundur
Puluhan ribu demonstran antipemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, Sabtu (2/2). Tokoh oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai 'presiden interim'. (AP Photo/Juan Carlos Hernandez)

Pertikaian politik dalam negeri Venezuela terus memanas. Kali ini, pemimpin oposisi, Juan Guaido, menuding rezim Nicolas Maduro telah menculik wakil ketua Majelis Nasional negara itu.

Dalam twitnya, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Kamis 9 Mei, Guaido menyebut bahwa pihak berwenang di bawah perintah rezim Maduro telah "menarik paksa" wakil pemimpin parlemen yang dikontrol oposisi.

"Mereka (rezim Maduro) berusaha memecah lembaga yang mewakili seluruh rakyat Venezuela, tetapi mereka akan tidak mencapainya," twit Guaido memperingatkan.

Beberapa waktu sebelum kicauan Guaido, Zambrano sempat mengetwit bahwa beberapa agen dari Sebin --badan intelijen Venezuela-- berusaha menarik keluar dia dari kendaran yang sedang ditumpanginya.

Zambrano menambahkan bahwa para agen Sebin datang menghadang dengan sebuah truk derek.

Tidak ada lanjutan twit dari Zambrano setelahnya, di mana hal itu menurut Guaido, menjadi bukti bahwa sang wakil ketua Majelis Nasional Venezuela "ditarik paksa untuk alasan tertentu yang dirahasiakan".

Oleh beberapa pihak, Zambrano diyakini telah dibawa ke markas Sebin di ibu kota Venezuela, Caracas.

Protes Massal Kembali Terjadi

Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP
Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Hampir sepekan lalu, pendukung oposisi Venezuela kembali mengadakan protes massal, sehari setelah bentrokan keras dengan pasukan pemerintah.

"Kami akan terus maju dengan kekuatan lebih dari sebelumnya," kata pemimpin oposisi Juan Guaido, sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis 2 Mei.

Di saat bersamaan, demonstrasi pro-pemerintah juga sedang berlangsung.

Demonstrasi saingan datang setelah Presiden Nicolás Maduro mengatakan dia telah menghentikan "percobaan kudeta" pada hari Selasa.

Guaido mengatakan bahwa dia didukung oleh anggota angkatan bersenjata, tetapi Maduro menegaskan dia masih memiliki dukungan mereka.

Dalam pidato televisi berapi-api pada hari Selasa, Maduro menuduh para demonstran melakukan "kejahatan berat" yang menurutnya "tidak akan dibiarkan begitu saja".

Maduro juga menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) sedang merencanakan perlawanan terhadapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya