Liputan6.com, Caracars - Tujuh perwira tentara Venezuela tewas pada hari Sabtu, 4 Mei 2019, ketika helikopter Cougar yang mereka tumpangi jatuh saat terbang menuju ke sebuah negara bagian di mana Presiden Nicolas Maduro dijadwalkan mengikuti agenda bersama militer.
Angkatan bersenjata, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa helikopter itu menuju ke San Carlos di negara bagian Cojedes.
Baca Juga
Lokasi tersebut berada di dekat akademi militer di mana Maduro hadir di sana untuk mengawasi latihan pada Sabtu pagi waktu setempat.
Advertisement
Di dalam helikopter itu ada dua letnan kolonel dan juga lima perwira berpangkat rendah. Namun demikian, keterangan resmi yang dikeluarkan oleh angkatan bersenjata Venezuela tidak menyebut apakah helikopter itu bagian dari delegasi presiden atau bukan.
Dilaporkan oleh pihak berwenang bahwa helikopter Cougar terlihat jatuh meluncur ke gunung di luar Caracas --ibu kota Venezuela-- pada Sabtu dini hari, ketika cuaca di Caracas sedang mendung.
Kini, polisi masih melakukan investigasi terhadap insiden itu, demikian seperti diwartakan oleh CBSÂ yang dikutip pada Minggu (5/5/2019).
Pemimpin Oposisi Venezuela Dukung Militer Kudeta Presiden Nicolas Maduro
Pemimpin oposisi Venezuela, yang juga menyatakan diri sebagai presiden sah, Juan Guaido, mendorong rakyat Venezuela agar turun ke jalan-jalan dan mendukung para anggota militer, dalam upaya menyingkirkan Presiden Nicolas Maduro dan merebut kembali kebebasan rakyat. Hal itu ia serukan pada Selasa, 30 April 2019 waktu setempat.
Dalam laporan VOA Indonesia yang dikutip pada Rabu, 1 Mei 2019, Guaido mengunggah sebuah video di akun Twitter pribadinya, yang memperlihatkan ia berpidato di hadapan sekelompok tentara dan politisi Leopoldo Lopez, yang sedang menjalani tahanan rumah.
Guaido mengatakan, militer telah membuat keputusan yang tepat dan akan berada di sisi yang benar dalam sejarah.
Tidak lama kemudian, Menteri Informasi Venezuela Jorge Rodriguez menyebut pemerintah Maduro menghadapi upaya kudeta kecil yang dipimpin oleh para pengkhianat di dalam militer.
Namun di satu sisi, Menteri Pertahanan Vladimir Padrino menekankan bahwa militer dengan tegas akan membela Nicolas Maduro.
Sementara itu, Juan Guaido adalah pemimpin bagi Majelis Nasional Venezuela. Ia menggunakan konstitusi untuk mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara pada Januari lalu, setelah menyebut kepemimpinan Maduro tidak resmi karena kecurangan dalam pemilu.
Amerika Serikat dan sekitar 50 negara lainnya telah mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela.
Advertisement
Krisis Venezuela Bikin 1,1 Juta Anak Menderita
Sekitar 1,1 juta anak-anak di Venezuela menderita akibat terdampak krisis ekonomi dan politik berkepanjangan.
Laporan ini merupakan data terbaru yang disampaikan oleh UNICEF -- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak.
Dikutip dari New Straits Times, Jumat, 5 April 2019, UNICEF juga melaporkan bahwa angka ini meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Pada periode sebelumnya, angka anak yang menderita adalah 500 ribu orang.
Jumlah anak yang menderita akibat terkena dampak tersebut tidak hanya berada di Venezuela, tetapi juga bagi mereka yang selama ini menjadi pencari suaka ke sejumlah negara Latin dan Karibia.
Badan khusus untuk anak-anak tersebut juga memprediksi bahwa keadaan akan semakin diperparah di masa mendatang, apabila suhu perpolitikan di negara tersebut belum menurun.
UNICEF meminta pemerintah di wilayah tersebut untuk menjunjung tinggi hak-hak anak dan memastikan mereka memiliki akses ke layanan yang lebih penting.
Sebuah laporan internal PBB yang dilihat oleh AFP pekan lalu mengatakan tujuh juta orang -- sekitar 24 persen dari populasi Venezuela -- membutuhkan bantuan kemanusiaan, kekurangan akses untuk memperoleh makanan dan perawatan medis.
Presiden Nicolas Maduro menyalahkan sanksi AS atas masalah ekonomi Venezuela, tetapi pemimpin oposisi Juan Guaido, yang telah menyatakan dirinya sebagai presiden sementara, mengatakan korupsi dan salah urus pemerintah adalah penyebabnya.