Liputan6.com, Jalur Gaza - Media Israel melaporkan pada 20 Mei 2019 bahwa Negeri Bintang David dan Jalur Gaza yang diperintah Hamas telah menyepakati gencatan senjata selama enam bulan.
Namun, baik Israel dan Hamas telah membantah laporan itu --menyurutkan harapan akan adanya ketenangan panjang di kawasan menyusul ketegangan baru pada beberapa pekan lalu.
Laporan yang dirilis oleh televisi Israel, Channel 12 pada Senin malam melaporkan bahwa gencatan senjata telah dicapai. Namun, hal itu memicu rantai reaksi politik Israel dan penolakan diplomatik, demikian seperti dikutip The Jerusalem Post, Kamis (23/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan itu, Hamas setuju untuk mengakhiri bentrokan dengan pasukan Israeli Defense Forces (IDF) di sepanjang perbatasan Jalur Gaza, dan memerintahkan para demonstran rutin Palestina menjaga jarak 300 meter dari partisi.Â
Hamas juga setuju untuk mengakhiri serangan malam hari terhadap unit IDF di sepanjang perbatasan selatan Israel. Selama enam bulan itu, Hamas juga dilarang mengirim armada perahu dalam upaya untuk mengganggu blokade maritim Israel di Gaza, Channel 12 melaporkan.
Laporan itu juga menyebut, Israel setuju untuk memperluas zona penangkapan ikan Jalur Gaza menjadi 15 mil laut dan untuk memastikan pengiriman obat-obatan dan bentuk-bentuk bantuan sipil kepada penduduk Gaza tidak terganggu.
Sementara itu, akan diadakan pembicaraan di Jalur Gaza, penyediaan listrik, layanan kesehatan dan bantuan keuangan. Selain itu, Israel akan mempromosikan proyek-proyek yang didanai PBB.
Jika ketenangan berhasil dipertahankan selama enam bulan, laporan itu menyatakan, maka pekerjaan dapat dilanjutkan dengan gencatan senjata yang lebih permanen yang akan mencakup pengembalian jasad dua tentara IDF dan pembebasan dua warga sipil Israel yang ditahan di Gaza.Â
Semua upaya menuju gencatan senjata informal atau formal telah ditengahi oleh Mesir dengan bantuan PBB. Nickolay Mladenov, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, tidak memberikan komentar atas laporan tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Gencatan Senjata Secara Diam-Diam?
Di masa lalu, pemahaman gencatan senjata informal Jalur Gaza - Israel jarang diakui di depan umum oleh kedua belah pihak.
Satu-satunya tolak ukur bahwa sebuah gencatan senjata benar-benar telah disepakati adalah dengan tidak adanya kekerasan yang berlangsung di perbatasan.
Sementara itu, sebelum kabar gencatan senjata itu beredar, awal bulan ini, pecahnya kekerasan Israel-Hamas yang parah menyebabkan kematian empat warga sipil Israel dan hampir memicu perang baru.Â
Di sisi lain, warga Palestina dan Israel keberatan dengan laporan gencatan senjata informal. Penyelenggara protes mingguan Palestina di perbatasan Gaza - Israel setiap hari Jumat berjanji: "kami akan melanjutkan demonstrasi Jumat sampai pengepungan dihapus dan hak-hak rakyat kami dipulihkan."Â
Perwakilan Dewan Regional Eshkol, Israel pada gilirannya, mengatakan bahwa dari sudut pandang mereka, gencatan senjata mencakup penghentian total balon api, serangan teror di pagar keamanan, dan semburan api sporadis tempat mereka menjadi sasaran.Â
Anggota Parlemen Israel Amir Peretz dari Partai Buruh mengatakan bahwa kesepakatan dengan Hamas yang tidak termasuk kembalinya sisa-sisa tentara IDF Oron Shaul dan Hadar Goldin untuk dimakamkan di Israel, serta warga Israel yang masih hidup ditawan oleh kelompok teroris, adalah keberlanjutan serangan terhadap "nilai-nilai IDF dan aliansi negara dengan keluarga."Â
Orangtua Goldin, Lea dan Simcha, mengatakan bahwa "kesepakatan dengan Hamas menyesatkan keluarga, yang telah menunggu hampir lima tahun agar putra mereka dikembalikan dari medan perang."Â
Wartawan Palestina Iiad El-Kara memperkirakan bahwa gencatan senjata adalah "berita palsu," mengklaim bahwa, "ini adalah bagian dari cara licik yang digunakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap pemimpin partai sayap kanan Yisrael Beytenu, Avigdor Liberman."
Advertisement