Sejarah 6 Obat Mengerikan yang Dipakai Ahli Medis Untuk Sembuhkan Migrain

6 obat mengerikan yang dipakai ahli medis untuk menyembuhkan migrain.

oleh Afra Augesti diperbarui 20 Jun 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 21:00 WIB
Sakit kepala (iStock)
Ilustrasi sakit kepala (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda menderita akibat sakit kepala sebelah atau migrain? Ketika ini muncul, pastinya satu sisi kepala Anda terasa sakit luar biasa dan sisi lainnya tidak.

Gejala migrain, yang mempengaruhi sekitar satu dari tujuh orang di seluruh dunia, dapat mencakup rasa sakit berdenyut di satu sisi kepala, mual, kepekaan terhadap cahaya dan suara, serta gangguan visual yang disebut aura.

Di era modern ini, beberapa kelas obat diresepkan untuk mencegah migrain terjadi atau menghentikan rasa sakit setelah migrain muncul. Tetapi pada abad-abad sebelumnya, perawatan migrain tidak senyaman atau seefektif zaman sekarang.

Berikut 6 obat mengerikan yang dipakai oleh ahli medis pada masa lampau untuk meredakan atau mengatasi migrain, seperti dikutip dari Mentalfloss, Kamis (20/6/2019).

1. Bloodletting

Ilustrasi darah
Ilustrasi darah. (iStock)

Bloodletting adalah tradisi kuno yang pertama kali disebutkan dalam bahasa Yunani kuno dan Sansekerta untuk istilah medis pada ribuan tahun yang lalu. Proses ini bertujuan untuk mengontrol darah, di mana darah kotorlah yang akan dibuang dari dalam tubuh. Teknik ini meniru proses menstruasi.

Dokter Yunani kuno, Hippocrates, percaya bahwa menstruasi difungsikan untuk  membersihkan perempuan dari darah kotor yang membawa dampak buruk bagi tubuh.

Sedangkan premis dasar dari terapi bloodletting adalah bahwa darah kotor merupakan akar dari semua penyakit.

Di Eropa, bloodletting juga telah dilakukan pada akhir Abad ke-19, di mana dokter menggunakan lintah atau pisau operasi untuk menghisap atau mengeluarkan darah kotor yang ada dalam diri pasien.

Di India, pasien terlebih dulu harus berdiri di bawah sinar matahari selama setengah jam untuk membuat aliran darah menjadi lebih lancar. Kemudian pasien diikat dari pinggang ke bawah dengan tali dan tetap dalam kondisi berdiri.

Namun berbeda dengan kedokteran Eropa, di India ahli medis lebih memilih menggunakan silet untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh pasiennya.

Penelitian pun telah dilakukan untuk melihat apakah terdapat manfaat dari pengobatan bloodletting. Sebuah studi yang diterapkan terhadap 60 orang yang sudah mencoba trik ini mengungkapkan, bloodletting mampu mengurangi tekanan darah, menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL) dan migrain.

 

 

2. Membedah Pelipis

Ilustrasi Bawang Putih
Bawang putih. (iStockphoto)

Dokter dari Abad ke-11, Abu al-Qasim, menyarankan untuk memasukkan satu siung bawang putih ke dalam pelipis penderita migrain. Dia menawarkan resep yang berguna:

"Ambil bawang putih, kupas dan potong kedua ujungnya. Buat sayatan dengan pisau bedah besar di pelipis dan letakkan bawang putih di bawah kulit dengan ukuran rongga yang cukup lebar untuk memasukkan bawang putih dan untuk menutupinya penuh. Gunakan kompres dan rekatkan, diamkan sekitar 15 jam, lalu lepaskan bawang putih dari sana. Biarkan bekas sayatan mengering selama dua atau tiga hari, lalu oleskan kapas yang dibasahi mentega sampai bernanah. ”

Begitu luka mulai merembes --yang dianggap pertanda baik-- dokter akan membakarnya dengan besi panas atau disebut kauterisasi.

Kauterisasi dimaksudkan untuk mencegah infeksi, meskipun penelitian modern telah menunjukkan bahwa proses ini sebenarnya menurunkan ambang batas untuk infeksi bakteri.

3. Bekam

Melihat Terapi Bekam Penurun Berat Badan di China
Wanita obesitas menerima terapi bekam di sebuah klinik penurun berat badan di Changchun, Jilin, China, Selasa (17/7). Bekam adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis (kental) yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia. (STR/AFP)

Bekam dianggap memiliki fungsi yang sama dengan bloodletting. Dokter Belanda yang terkenal, Nicolaes Tulp, merawat seorang penderita migrain dengan bekam dan psien ini pun langsung pulih.

Zat yang disebut cantharidin, zat beracun yang dikeluarkan serangga Spanish fly ketika sedang terancam musuh, juga digunakan sebagai bagian dari proses bekam dan pelepuhan untuk mengeluarkan bau yang tidak sedap dari darah.

Sayangnya, jika cantharidin dibiarkan terlalu lama, senyawa ini dapat diserap ke dalam tubuh dan menyebabkan buang air kecil yang menyakitkan, disfungsi pencernaan dan ginjal, serta kegagalan organ.

4. Trepanasi

Ilustrasi trepanasi (Wikimedia Commons)
Ilustrasi trepanasi (Wikimedia Commons)

Salah satu jenis operasi kuno, trepanasi, adalah praktik memotong bagian tempurung kepala dan mengekspos jaringan otak untuk mengobati cedera atau kondisi kronis seperti migrain parah.

Ahli medis Belanda dari Abad ke-16, Petrus Forestus, yang dengan cermat mencatat penyakit pasiennya, melakukan perawatan pada penderita migrain yang tidak dapat disembuhkan.

Dalam jaringan otak, ia menemukan sesuatu yang disebutnya "black worm" atau "cacing hitam." Menurut sebuah studi 2010 oleh ahli saraf Peter J. Koehler, itu mungkin merupakan hematoma subdural kronis --kumpulan darah antara permukaan otak dan bagian terluarnya-- dan kemungkinan menjadi penyebab menderitanya pasien.

5. Bangkai Tikus Tanah

ilustrasi tikus
ilustrasi tikus (iStockphoto)

Ali ibn Isa al-Kahhal, dokter spesialis mata terkemuka dari dunia Muslim pada Abad pertengahan, menggambarkan lebih dari 130 penyakit mata dan perawatan dalam monograf (sebutab lain untuk buku, berisi satu topik atau sejumlah subjek yang berkaitan, dan biasanya ditulis oleh satu orang) terobosannya "Tadhkirat al-kaḥḥālīn" atau versi bahasa Inggris "Notebook of the Oculists".

Ia juga menyentuh pengobatan untuk sakit kepala, dan di sini resepnya bahkan terdengar lebih menyeramkan. Untuk mengobati migrain, ia menyarankan agar pasien mengikat bangkai seekor tikus tanah di kepala pasien.

6. Ikan Listrik

Belut Listrik
Belut listrik. (Wikimedia/Creative Commons)

Jauh sebelum para ilmuwan sepenuhnya memahami prinsip-prinsip listrik, dokter kuno merekomendasikannya sebagai obat untuk migrain.

Scribonius Largus, tabib istana untuk kaisar Romawi Claudius, melihat bahwa ikan torpedo --juga dikenal sebagai sinar listrik, yang berasal dari Laut Mediterania-- memiliki kekuatan untuk menyetrum siapa pun yang menyentuhnya.

Largus dan dokter lain kemudian meresepkan setruman itu sebagai obat untuk sakit kepala, asam urat, dan sembelit.

Pada pertengahan Abad ke-18, sebuah jurnal Belanda melaporkan bahwa belut listrik --yang ditemukan di Amerika Selatan-- mengeluarkan setruman yang bahkan lebih kuat daripada ikan Mediterania tersebut dan bisa dimanfaatkan untuk mengobati migrain.

Seorang pengamat menulis bahwa penderita migrain "meletakkan satu tangan di atas kepala mereka sendiri dan satu tangan lain pada belut, dan dengan demikian akan segera ditolong oleh hewan ini, tanpa kecuali."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya