Liputan6.com, Jakarta - Sesekali, teleskop radio para pengamat astronomi menangkap misteri. Satu kilatan cahaya, sekuat gelombang radio hingga setengah miliar matahari, terkondensasi menjadi ledakan yang paling lama hanya berlangsung beberapa milidetik.
Sekarang, untuk pertama kalinya, para astro-fisikawan telah melacak salah satu dari semburan radio cepat (Fast Radio Burst atau FRB) ke sumbernya.
"Ini adalah terobosan besar yang telah ditunggu sejak para astronom menemukan FBR pada 2007," kata ilmuwan Keith Bannister dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) Australia, seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (30/6/2019).
Advertisement
Sinyal tersebut telah dinamai FRB 180924 dan diduga kuat berasal dari pinggiran galaksi Bimasakti, berjarak sekitar 3,6 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Baca Juga
Ini hanya semburan radio cepat kedua yang telah dilacak ke pusat kemunculannya. FRB yang pertama, disebut FRB 121102, adalah kasus khusus, karena meledak berulang kali.
Pengulangan tersebut membuat para ahli penasaran untuk mencari tahu penyebabnya, sehingga mereka melacaknya ke daerah pembentuk bintang dari sebuah galaksi kerdil yang berjarak lebih dari 3 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Tetapi semburan satu kali itu meledak di langit tanpa peringatan apa pun, yang membuatnya mustahil diprediksi dan sangat sulit dilacak.
Namun demikian, hal itulah yang diklaim telah dicapai oleh tim astronom internasional, menggunakan berbagai antena radio canggih yang disebut Australian Square Kilometer Array Pathfinder (ASKAP).
Dengan mengambil 10 triliun pengukuran "mentah" per detik di seluruh bidang langit, ASKAP dapat mendeteksi lebih banyak FRB daripada sebelumnya.
Meski begitu, biasanya FRB ditemukan ketika astro-fisikawan mengidentifikasi gelombang ini melalui penelitian data terkait selama berminggu-minggu, mencari pengukuran tunggal di antara miliaran semburan. Kali ini, tim periset berhasil menangkapnya saat beraksi.
"Dalam waktu sekitar sepertiga detik, kami menyadari bahwa kami mendapatkan ledakan radio cepat yang baru saja melewati teleskop, jadi kami mengambil dan menyimpan tiga detik terakhir data yang telah melewati ASKAP - sekitar 3 miliar pengukuran," jelas astro-fisikawan Adam Deller dari Swinburne University of Technology.
"Itu memungkinkan kita melakukan tayangan ulang dari temuan itu berulang-ulang, sebanyak yang kita butuhkan."
Ternyata, Bersumber dari...
Dengan mengukur waktu tunda yang sangat kecil antara saat sinyal bergerak dan ketika mencapai ASKAP, tim dapat melakukan triangulasi titik asal FRB ke dua dimensi di ruang angkasa.
Kemudian tiga teleskop optik paling kuat di dunia -- Gemini, Keck dan VLT -- dipakai untuk menghitung dimensi ketiga: jarak.
Hasilnya mengejutkan.
Ternyata, ledakan itu berasal sekitar 13.000 tahun cahaya dari pusat galaksi besar seukuran Bimasakti, yang tidak lagi membentuk bintang-bintang baru.
"Ini menunjukkan bahwa semburan radio cepat dapat diproduksi di berbagai lingkungan, atau bahwa semburan satu kali yang terdeteksi sejauh ini oleh ASKAP dihasilkan oleh mekanisme yang berbeda dengan pendahulunya," Deller menjelaskan.
Penelitian terbaru terhadap FRB 121102 menunjukkan sumbernya adalah bintang neutron, tetapi muncul pula hipotesis lain, yakni dari Lubang Hitam, pulsar dengan bintang pendamping, pulsar peledak, sejenis bintang yang disebut blitzar, koneksi dengan semburan sinar gamma (yang sekarang kita ketahui dapat disebabkan oleh tabrakan bintang-bintang neutron), atau magnetar (bintang neutron dengan medan magnet yang sangat kuat) yang memancarkan suar raksasa.
Advertisement
Kunci Menguak Asal Usul Alam Semesta?
Sinyal elektromagnetik dari FRB 121102 hampir sepenuhnya bengkok, yang berarti sinyal ini harus melakukan perjalanan melalui medan magnet yang intens dalam perjalanan ke Bumi.
FRB 180924, sebaliknya, tidak bergulir dan jauh lebih kuat daripada ledakan FRB 121102.
Cara terbaik untuk menjelaskan ledakan yang sedang diteliti para astronom ini adalah dengan menemukan sumber semburan radio yang lebih cepat, yang seharusnya bisa ditemukan lebih mudah sekarang.
Itu tidak hanya memberi tahu mereka tentang ledakan radio yang cepat, tetapi tentang seluruh Semesta, karena penundaan antara awal ledakan dan akhir ledakan dapat memberi tahu peneliti berapa banyak gas yang dilalui saat FRB tersebut menuju ke Bumi.
Nantinya, itu dapat memberi tahu para astronom tentang materi difus yang sulit diukur di ruang antar galaksi.