Menurut Ilmuwan Jerman, Kandungan Bayam Sama Seperti Steroid

Tokoh kartun Popeye bisa menjadi kuat dan berotot setelah makan bayam hijau. Menurut para peneliti di Jerman, hal ini bukan sekadar fiksi.

diperbarui 30 Jun 2019, 08:23 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2019, 08:23 WIB
Sayuran yang Paling Sehat
Bayam / Sumber: iStockphoto

Jakarta - Para ilmuwan di Freie Universität Berlin telah merekomendasikan bahwa ecdysterone, bahan kimia mirip steroid yang ditemukan dalam bayam, ditambahkan ke daftar zat doping terlarang.

Fakultas farmasi universitas ini mengadakan program pelatihan kekuatan selama 10 minggu dengan 46 atlet untuk menguji bagaimana zat tersebut mempengaruhi kinerja fisik mereka.

Menurut laporan DW Indonesia, Sabtu (29/6/2019), beberapa peserta diberi plasebo, yang lain diberi kapsul ecdysterone yang kandungannya setara dengan empat kilogram bayam mentah sehari.

Dalam penelitian, yang didukung oleh Badan Anti Doping Dunia (WADA), atlet yang menggunakan suplemen kekuatan fisiknya meningkat tiga kali lipat dibanding atlet yang mengkonsumsi plasebo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Popeye Terbukti Benar

Popeye Jadi `Umpan` Orangtua Agar Anak Mau Makan Bayam
Berkat Popeye, memudahkan para orangtua untuk menyuruh anaknya mengonsumsi seporsi bayam setiap harinya.

Tokoh kartun fiksi Popeye sang pelaut dikenal karena menjadi kuat setelah melahap bayam kaleng.

Penelitian di Berlin adalah yang pertama di Jerman yang tujuannya membuktikan hubungan antara kandungan ecdysterone dalam bayam dengan kinerja fisik yang meningkat secara signifikan. Sebelumnya penelitian telah dilakukan di negara-negara lain dan menarik kesimpulan yang sama.

"Kami sudah menduga akan melihat peningkatan kinerja, tetapi kami tidak berharap menjadi sebesar itu," ujar Maria Parr dari Fakultas Farmasi Universitas Berlin dalam wawancara dengan stasiun televisi ARD dan ARTE.

Hasil penelitian menegaskan, bahwa ecdysterone termasuk dalam daftar zat terlarang untuk olahraga, tambah peneliti.

"Dalam laporan kami merekomendasikan kepada WADA agar substansi ini ditambahkan ke daftar doping. Menurut kami, jika substansi bisa meningkatkan kinerja, maka keuntungan yang tidak adil bagi atlet lain harus dihilangkan." 


Belum Diputuskan

bayam
ilustrasi bayam/Photo by chiara conti on Unsplash

Keputusan akan diserahkan kepada WADA, tetapi itu hanya akan terjadi setelah adanya penyelidikan lebih lanjut tentang berapa banyak atlet yang menggunakan suplemen.

Pakar anti-doping Jerman Fritz Sörgel mengatakan kepada radio Deutschlandfunk bahwa ia berharap akan ada lebih banyak studi mengenai sifat-sifat dari ekstrak nabati lain.

"Di masa lalu kami tidak dapat menjabarkan zat-zat semacam ini dengan tingkat akurasi yang sama," katanya. "Sekarang kami memiliki metode analitik yang memungkinkan kami mengekstraksi zat dari tanaman, yang juga dapat memiliki dampak potensial. Jadi penelitian ini sebenarnya hanyalah sebuah permulaan."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya