Aksi Indonesia Tendang Balik 210 Ton Sampah ke Australia Disorot Dunia

Langkah berani Indonesia mengirim balik sampah ke Australia disorot oleh sejumlah media internasional.

oleh Siti Khotimah diperbarui 09 Jul 2019, 19:21 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 19:21 WIB
Mengandung B3, 8 Kontainer Limbah Kertas Asal Australia Ditahan
Petugas Bea Cukai Tanjung Perak memeriksa kontainer berisi sampah asal Australia di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/7/2019). Bea Cukai Tanjung Perak menindak sampah kertas tersebut karena terkontaminasi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk segera mengirim kembali delapan kontainer sampah ke Australia. Bobot totalnya mencapai 210 ton. Limbah yang dimaksud adalah sampah kertas yang terkontaminasi oleh limbah elektronik, kaleng bekas, botol plastik, botol oli, dan sepatu tak layak. Beberapa bahkan tergolong sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Langkah berani Indonesia itu telah disorot oleh sejumlah media internasional. Sebagian besar melihatnya sebagai bagian dari langkah negara-negara Asia Tenggara memperlihatkan taring kepada dunia: tak ingin dianggap sebagai tempat sampah.

Sebuah artikel di The Guardian yang berjudul "Indonesia sends rubbish back to Australia and says it's too contaminated," yang dikutip Selasa (9/7/2019) adalah salah satunya. Mengawali pembahasan, para pewarta yakni Kate Lamb dan Adam Morton menceritakan tindakan petugas bea cukai RI saat memeriksa sampah impor di Tanjung Perak, Surabaya.

Pada bagian selanjutnya, Lamb dan Morton menghubungkan langkah Indonesia dengan tindakan Malaysia dan Filipina. Memang kedua negara tetangga itu memiliki nasib sama dengan RI: menjadi tujuan sampah impor, khususnya pasca-China melarang impor limbah plastik dari asing.

Kedua pewarta juga menyinggung sikap RI sebelumnya, yakni mengirim kembali 49 kontainer penuh limbah ke Prancis dan negara-negara maju lain. Adapun sebagai pamungkas, Lamb dan Morton menyebut Indonesia tengah memiliki masalah domestik yang memang cukup besar untuk dihadapi.

Dua Media Singapura Turut Menyorot

Selain The Guardian, dua portal berita daring berbasis di Singapura tak ketinggalan turut membahas isu tersebut. Channel News Asia (CNA) mewartakan hal senada dengan The Guardian dengan perbedaan pada bagian akhir CNA yang menyinggung pencemaran plastik yang menyumbat sungai-sungai di Asia Tenggara.

Selain itu, juga adanya laporan tentang makhluk laut yang ditemukan mati di dekat lokasi tersebut.

Satu outlet berita lagi yang bermarkas di Negeri Singa, The Straits Times, juga menyoroti langkah RI. Di bagian akhir, media itu menggarisbawahi masalah global di mana sekitar 300 juta ton plastik diproduksi tiap tahunnya. Surat kabar elektronik itu mengutip data dari Worldwide Fund for Nature (WWF), menambahkan bahwa sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah atau mencemari laut.

Simak video pilihan berikut:

Giliran Media Australia Mewartakan

Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)
Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)

Media ternama Australia, ABC turut mewartakan limbah sampah yang ditendang balik ke Negeri Kanguru oleh RI. Artikel itu berjudul "Indonesia to send back Australian paper waste 'contaminated' by dirty nappies and electronics".

ABC mengatakan, pejabat pabean RI mengirim delapan kontainer kertas ke Australia yang turut termasuk popok bekas dan barang elektronik.

Hal yang berbeda dari berita sebelum-sebelumnya, ABC mengatakan pihak berwenang di beberapa pulau termasuk Jawa, menemukan sejumlah limbah telah diekspor secara sah.

Pabrik yang tidak dapat menggunakan plastik, kemudian menjualnya ke pabrik tahu sebagai bahan bakar pemanggangan.

Sayangnya, menurut ABC, asap itu jika dimanfaatkan dengan cara dibakar akan menghasilkan asap beracun yang menyebabkan masalah pernapasan dan mencemari saluran air setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya