AS Desak PM Pakistan Berantas Terorisme dan Upayakan Perdamaian Afghanistan

Pemerintah AS mendesak Pakistan untuk mengatasi terorisme dan mengupayakan segera perdamaian di Afghanistan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Jul 2019, 14:31 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 14:31 WIB
Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan yang dulunya merupakan mantan atlet kriket dan selebritas nasional (AP)
Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan yang dulunya merupakan mantan atlet kriket dan selebritas nasional (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut menekan Perdana Menteri Pakistan Imran Khas untuk membantu mengakhiri perang di Afghanistan dan memerangi terorisme, ketika kedua pemimpin negara bertemu di Gedung Putih pada Senin ini.

Pertemuan itu berlangsung di tengah masih tegangnya hubungan kedua negara, di mana tahun lalu, Trump memotong bantuan keamanan senilai ratusan juta dolar ke Pakistan.

Donald Trump juga menuduh Pakistan tidak menghasilkan apapun selain "kebohongan dan tipu daya" sambil membrikan tempat yang aman bagi para teroris.

Dikutip dari Channel News Asia pada Senin (22/7/2019), Pakistan menolak keras tuduhan itu dan menuding AS tergesa-gesa dalam menanggapi masalah yang diungkitnya.

PM Khan tiba di Washington DC pada Sabtu lalu, dan diperkirakan akan berusaha memperbaiki hubungan kedua negara, dan menarik lebih banyak investasi AS yang dibutuhkan Pakistan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Pintu Perdamaian Kedua Negara Terbuka?

White House atau Gedung Putih
White House atau Gedung Putih. (AP)

Beberapa pengamat juga memperkirakan bahwa penangkapan seorang pemimpin militan pada pekan lalu --yang dihargai kepalanya senilai US$ 10 juta-- akan menghasilkan sambutan yang hangat dari Gedung Putih.

"Tujuan dari kunjungan ini adalah mendesak kerja sama konkret dari Pakistan untuk memajukan proses perdamaian Afghanistan, serta mendorong Pakistan memperdalam dan mempertahankan upaya baru-baru ini dalam menumpas terorisme di wilayahnya," kata seorang pejabat senior pemerintah AS.

Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan AS ingin menjelaskan kepada Pakistan bahwa mereka terbuka memperbaiki hubungan jika Islamabad mengubah cara penanganan "teroris dan militan."

Di Afghanistan, kata pejabat itu, proses perdamaian berada pada titik kritis, dan Washington ingin Pakistan "menekan Taliban untuk gencatan senjata permanen", dan mendesak partisipasi dalam perundungan intra-Afghanistan.


Donald Trump Ingin Akhiri Perang Afghanistan

Berkunjung ke Arab Saudi, Trump Disambut Langsung Raja Salman
Presiden AS Donald Trump saat tiba di Bandara Internasional Raja Khalid di Riyadh (20/5). Kunjungan ini akan membicarakan perjanjian politik dan perdagangan serta dukungan atas perang melawan para militan. (AFP/Saudi Royal Palace/Bandar Al-Jalou)

Sementara itu, Donald Trump menginginkan berakhirnya keterlibatan militer AS di Afghanistan.

Menurutnya, kerja sama dengan Pakistan akan sangat penting dalam mendukung kesepakatan apapun untuk mengakhiri perang, dan memastikan negara itu tidak menjadi basis bagi kelompok-kelompok militan seperti ISIS.

Kunjungan PM Khan ke Washington DC dilakukan menyusul sambutan hangat Trump di Twitter, yang memuji penangkapan dalang serangan teror empat hari di Mumbai pada tahun 2008.

Namun, Pakistan belum membebaskan Dr Shakil Afridi, dokter yang dipenjara dan diyakini telah membantu CIA memburu Osama bin Laden, dalang serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Pemenjaraan Shakil Afridi telah lama menjadi sumber ketegangan antara Pakistan dan AS. Washington terus menyerukan pembebasannya segera, namun Islamabad berdalih bahwa sosok tersebut menyabotase rahasia nasional mereka.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya