Kerusuhan Penjara Kian Memanas di Brasil, 57 Orang Tewas

Sebanyak lebih dari 50 orang dilaporkan tewas setelah kerusuhan penjara yang kian memanas di salah satu penjara Brasil di wilayah Amazon.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Jul 2019, 08:41 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2019, 08:41 WIB
Para warga dan keluarga menunggu dengan khawatir di luar penjara ketika terjadi perang antar geng yang menewaskan 57 orang (AP/Wilson Soares)
Para warga dan keluarga menunggu dengan khawatir di luar penjara ketika terjadi perang antar geng yang menewaskan 57 orang (AP/Wilson Soares)

Liputan6.com, Altamira - Kerusuhan di salah satu penjara Brasil kian memburuk, di mana sektar 57 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran geng mengerikan pada Senin pagi waktu setempat.

Para pejabat mengatakan satu geng narkoba setempat telah menyerbu sayap yang dikontrol oleh para saingannya di kota Altamira di negara bagian Pará, memenggal 16 tahanan dan membuat kasur terbakar, dengan belasan lainnya diperkirakan sesak napas karena asap.

Pengamat keamanan Brasil menuding perang geng di wilayah Amazon itu sebagai upaya mengendalikan perdagangan narkoba yang menguntungkan, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (30/7/2019).

Dugaan itu juga diyakini menjadi alasan terbunuhnya 56 tahanan di sebuah penjara di kota Manaus --juga di Amazon-- pada 2017, dan serangkaian pembunuhan balas dendam berdarah lainnya di Brasil.

Jarbas Vasconcelos, pengawas sistem pemasyarakatan untuk negara bagian Pará, mengatakan kepada wartawan bahwa kekerasan dimulai sekitar pukul 07.00 waktu setempat, ketika sarapan disajikan kepada para tahanan di pusat pemulihan regional Altamira, sebuah kota yang berpenduduk 109.000 orang.

Saat kerusuhan terjadi, penjara itu menahan 343 tahanan, lebih dari dua kali kapasitasnya, lapor situs berita G1.

Tahanan dari geng Comando Kelas A (CCA) keluar dari sayap mereka dan menyerang sayap lain yang dikendalikan oleh Comando Vermelho (CV), sebuah geng narkoba dari Rio yang operasinya menyebar ke seluruh Brasil. Dua penjaga disandera dan kemudian dibebaskan.

"Kami menemukan jasad-jasad yang dipenggal kepalanya, dan sisa lainnya mengalami sesak napas," kata Vasconcelos.

"Situasinya sudah terkendali. Itu adalah serangan oleh satu organisasi kriminal pada kelompok lain. Mereka masuk, membakar dan membunuh, dan mengakhiri serangan dengan sendirinya," lanjutnya menjelaskan.

 

 

Dipicu Meningkatnya Populasi Kota Altamira

Polisi berusaha menenangkan warga sipil yang khawatir tentang kerusuhan di sebuah penjara Brasil, Minggu 26 Mei 2019 (AP/Edmar Barros)
Polisi berusaha menenangkan warga sipil yang khawatir tentang kerusuhan di sebuah penjara Brasil, Minggu 26 Mei 2019 (AP/Edmar Barros)

Suara tembakan dan teriakan ketika aparat keamanan berusaha mengatasi kerusuhan, dilaporkan terdengar hingga bandara di dekatnya.

"Itu berlangsung sekitar 30 menit. Mengerikan sekali," kata Larissa Castro yang bekerja di bagian penerima tamu perusahaan rental mobil.

Polisi militer mengirim detasemen untuk memperkuat keamanan di bandara.

Staf medis di rumah sakit setempat mengatakan banyak dari mereka yang dibawa untuk perawatan luka parah. Pihak berwenang mengatakan 46 tahanan yang terlibat dalam konflik sekarang akan dipindahkan.

Populasi kota Altamira telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, ketika para pekerja menyasar proyek pembangunan PLTA Belo Monte yang kontroversial.

Selain itu, seringnya banjir yang melanda daerah tepi Sungai Solimões --salah satu anak sungai Amazon-- di dekatnya, membuat banyak warganya berbondong-bondong pindah ke Altmaira, yang kemudian meningkatkan jumlah populasinya.

Ketika masyarakat berpenghasilan rendah menjamur di Altamaira, kejahatan dan narkoba pun menyebar dengan cepat.

"Ada ledakan populasi. Ini meningkatkan ketimpangan, dan ini juga merupakan 'pasar ideal' untuk obat-obatan terlarang," kata Edson Ramos, seorang profesor statistik di Universitas Federal Pará, yang menyarankan dibentuknya forum keamanan publik Brasil.

Distribusi Narkoba via Aliran Sungai

Ilustrasi narkoba
Ilustrasi narkoba. (Sumber Pixabay)

Sebagian besar obat-obatan terlarang --khususnya kokain-- diperdagangkan di Brasil dan Eropa melalui aliran Sungai Solimões, yang melewati negara bagian Pará dan Amazonas.

"Alur distribusi melalui sungai tersebut dipantau ketat oleh beberapa geng narkoba," kata Aiala Couto, seorang profesor geografi di Universitas Negeri Pará dan spesialis kekerasan perkotaan.

Perdagangan di Amazonas dikendalikan oleh Família do Norte (FDN), yang disalahkan atas tewasnya 56 tahanan dalam pembantaian Tahun Baru 2017 di sebuah penjara di Manaus.

Banyak dari korban tewas itu berkaitan dengan pesaing utamanya, Primeiro Comando da Capital (PCC) yang berasal dari São Paulo.

Sejak itu, kekuatan PCC di wilayah tersebut telah berkurang karena saingan mereka, CV semakim meningkatkan tajinya.

Di lain pihak, CCA telah mendekati FDN, kata Couto, tetapi juga telah dicari oleh PCC.

"Penjara ini dikendalikan oleh CCA, dan itu adalah cara mereka untuk mengintimidasi kehadiran CV yang terus meningkat di negara bagian," kata Couto.\

 

Simak video pilihan berikut: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya