Liputan6.com, Canberra - Serangan terhadap fasilitas produksi minyak Arab Saudi akhir pekan lalu menunjukkan betapa rawaannya pasokan minyak dunia termasuk di Australia.
Lebih dari lima persen pasokan minyak dunia terganggu oleh serangan rudal terhadap fasilitas kilang milik Aramco di Abqaiq, demikian seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (20/9/2019).
Baca Juga
Untuk sementara, Arab Saudi dengan segera bisa memperbaiki kerusakan yang terjadi dan produksi sudah hampir normal kembali.
Advertisement
Namun ancaman bagi adanya konflik lebih serius di Timur Tengah masih saangat tinggi.
Dengan dukungan Amerika Serikat, Arab Saudi berusaha keras untuk menunjuk Iran sebagai pelaku utama di balik serangan tersebut.
Di Amerika Serikat, politisi garis keras dari partai pemerintah Partai Republik sudah menyerukan perang terhadap Iran.
Presiden AS Donald Trump yang menjadi penentu akhir mengatakan bahwa negaranya siap menyerang Iran, namun saat ini mengatakan perang bukanlah opsi pertama.
Konflik terbuka di Timur Tengah tidak saja akan merusak infrastruktur perminyakan di kawasan tersebut, kerusakan yang pasti lebih parah dibandingkan serangan yang dilakukan akhir pekan, entah itu dilakukan pemberontak Yaman Houthi atau dilakukan oleh Iran.
Dan bila itu terjadi, Australia yang biasanya hanya memiliki cadangan minyak untuk tiga minggu mungkin akan mengalami masalah besar.
"Bila ada masalah besar, pasokan dan cadangan BBM sangat kecil dan pemerintah sendiri tidak memiliki cadangan minyak sama sekali," kata Marsekal Udara Purnawirawan John Blackburn kepada ABC.
Sebagai perwira yang pernah menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Australia, John Blackburn sudah melakukan tiga peneltiian mengenai keamanan pasokan BBM Australia.
"Pasokan BBM hanya cukup untuk pemakaian segera saja," katanya.
"Secara ekonomi mungkin memang bagus namun kita sama sekali tidak terkesan tangguh."
Menurut Blackburn, dalam waktu seminggu saja pasok BBM akan habis bila pasokan dari Timur Tengah terputus.
Angka dari pemerintah Australia sendiri mengukuhkan hal tersebut.
Dalam kajian terbaru mengenai keamanan pasok BBM, Departemen Lingkungan dan Energi Australia mengatakan cadangan BBM yang dimiliki Australia adalah 18 hari untuk bensin, 22 hari untuk diesel dan 23 hari utuk avtur (bahan bakar untuk pesawat).
Simak video pilihan berikut:
Australia Bergantung pada Timur Tengah
Impor minyak Australia dari luar negeri mencapai angka 90 persen dari keseluruhan kebutuhan minyak.
Ini meliputi minyak yang sudah disuling yang tinggal dijual di SPBU atau minyak mentah yang kemudian disuling di tempat kilang minyak di Australia untuk menjadi produk jadi.
Ketegangan politik bisa membuat masalahnya jadi lebih rumit.
Sumber pasokan minyak yang sudah disuling ke Australia adalah negara seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, Malaysia dan China.
Semua negara itu menggantungkan diri dari pasokan minyak mentah dari Timur Tengah.
Perang terbuka di Timur Tengah yang menghentikan pergerakan kapal tanker minyak akan sangat mempengaruhi persediaan BBM Australia.
Marsekal Udara John Blackburn menuduh Pemerintah Australia telah bersikap sembrono.
"Pemerintah tidak memiliki pasokan sendiri di dalam negeri, tidak memberikan mandat minimum persediaan yang harus dimiliki oleh industri, seperti yang dilakukan banyak negara maju lainnya," katanya.
"Kita pada dasarnya tergantung kepada pasar. Dan yang harus kita ingat, semua perusahaan minyak adalah perusahaan asing."
Negara lain memiliki persediaan BBM lebih besar.
Contohnya, Amerika Serikat memiliki cadangan minyak 700 juta barel, yang diperkirakan akan cukup untuk persediaan selama enam bulan.
Pemerintah Australia sedang berunding dengan Amerika Serikat untuk mendapat cadangan tersebut bila keadaan memang sangat buruk.
Menurut aturan yang dikeluarkan Badan Energi Internasional (IEA) negara seperti Australia harus memiliki cadangan BBM yang bisa digunakan selama 90 hari.
Namun menurut kajian yang dilakukan oleh Departemen Energi Australia akhir tahun 2018, cadangan minyak keseluruhan Australia hanya bertahan sampai 53 hari.
Advertisement