Liputan6.com, Canberra - Pencari suaka yang datang lewat udara ke Australia mencapai rekor tertinggi selama lima tahun terakhir. Tercatat sudah lebih dari 95 ribu orang.
Menurut laporan terbaru, setiap harinya sekitar 80 orang sejak bulan Juli 2019 mengajukan visa perlindungan setibanya mereka di bandara Australia.
Namun menurut laporan SBS, pemerintah Australia di bawah pimpinan Perdana Menteri Scott Morrison mempertahankan kebijakan yang dijalankan saat ini, dengan mengatakan jumlah kedatangan pencari suaka ini lebih sedikit tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya.
Advertisement
Jumlah pencari suaka ini dibicarakan di Parlemen Australia setelah data tersebut dikeluarkan atas permintaan dari Partai oposisi Partai Buruh lewat juru bicara untuk Masalah Dalam Negeri dan Imigrasi Kristina Keneally.
Menurut angka terbaru dari tanggal 1 Juli 2019 sampai 19 Agustus 2019, ada 4.037 orang yang tiba lewat udara di Australia kemudian mengajukan permintaan suaka.
"Tidak ada yang salah mengenai permitnaan suaka. Itu adalah hak yang penting." kata Senator Keneally dari Partai Buruh Australia, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Selasa (8/10/2019).
"Namun, 90 persen dalam kasus seperti ini, mereka yang mengajukan permintaan suaka bukanlah betul-betul pengungsi, dan mereka diperdagangkan ke Australia untuk dieksploatasi." katanya lagi.
Dalam bantahannya Menteri Imigrasi Australia David Coleman mengatakan berdasarkan angka dari periode yang sama tahun lalu, angka di tahun 2019 ini lebih rendah.
"Kurang dari 0,25 persen orang yang tiba dengan sah di Australia kemudian mengajukan permintaan suaka, dan mayoritas mereka kemudian ditolak permintaannya." kata Coleman.
Pemerintah Australia mengatakan bahwa mereka berusaha keras untuk melakukan pencegahan baik di dalam maupun di luar Australia, guna menghalangi para pencari suaka tidak murni untuk datang.
Sebelumnya, Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh dari antara tahun 2009 sampai 2013 banyak direpotkan dengan kedatangan pencari suaka lewat laut.
Jumlahnya dalam masa lima tahun pemerintahan Partai Buruh tersebut ada sekitar 51 ribu pencari suaka yang datang.
Dan pemerintahan Partai Koalisi yang mengambil alih pemerintahan, kemudian mengambil kebijakan keras sehingga angka pencari suaka lewat laut turun menjadi nol.
Dalam jawaban kepada Senator Kennealy, pemerintah mengatakan sejak bulan Juli 2014 ada 167 orang yang mengajukan permintaan suaka di pelabuhan laut, di mana mereka datang menggunakan kapal pesiar atau wahana laut lainnya.
Namun kemudian jumlah pencari suaka lewat udara melonjak tajam.
Di tahun 2015, yang datang meminta suaka adalah 8.562 orang, kemudian naik menjadi 12.673 orang di tahun 2016, 18.267 orang di tahun 2017, dan 27.884 di tahun 2018.
Sejauh ini angka di tahun 2019 adalah 24.520 orang.
Simak video pillihan berikut:
Tetap Ditolak
Menurut pemerintah, sebagian besar permintaan suaka itu yaitu sebanyak 84,2 persen kemudian ditolak, dan jujmlahnya dari tanggal 1 Juli 2014 sampai 19 Agustus 2019 adalah 62.732 orang.
Namun kemudian para pencari suaka ini menurut harian The Sydney Morning Herald masih bisa mengajukan banding penolakan mereka ke Tribunal Banding, dimana sekarang diperkirakan kasus yang sedang ditangani berjumlah 60 ribu.
Abul Rizvi, mantan wakil menteri di Departemen Imigrasi Australia mengatakan dari 60 ribu kasus yang sedang berada di tingkat banding, 23 ribu di antaranya merupakan kasus yang diajukan di Australia.
Dari sebagian besar berasal dari Malaysia yaitu sebanyak 10.653 orang, disusul China sebanyak 5.158 oran dan Vietnam sebanyak 982 orang.
Sebagian diantara mereka menurut dugaan adalah pengungsi murni, namun banyak lainnya dicurigai hanya datang ke Australia untuk bekerja sambil menunggu kasus mereka diselesaikan di tingkat banding.
Menuurt Rizvi, pemerintah Malaysia dan China kecil kemungkinan akan melakukan berbagai upaya untuk mencegah warga mereka ke Australia untuk mengajukan permintaan suaka.
"Jadi semua tergantung kepada pemerintah Australia untuk melakukan pengecekan untuk menemukan siapa yang mengatur berbagai penipuan baik di luar maupun di dalam Australia bagi sebagian pencari suaka tersebut." katanya.
Advertisement