Bukit Batu Uluru Australia Ramai Jelang Pendakian Terakhir Sebelum Situs Ditutup

Hari ini, 25 Oktober 2019 merupakan hari terakhir bagi wisatawan yang ingin merasakan indahnya pegunungan Uluru, Australia.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 25 Okt 2019, 12:36 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 12:36 WIB
Taman Nasional Uluru di Australia. (Parks Australia)
Taman Nasional Uluru di Australia. (Parks Australia)

Liputan6.com, Uluru - Kawasan wisata bukit batu Uluru di Australia dipenuhi pengunjung, lantaran hari ini merupakan hari terakhir sebelum larangan pendakian diberlakukan.

Dilansir dari BBC, Jumat (25/10/2019), monolit raksasa yang sebelumnya dikenal dengan nama Ayers Rock itu akan resmi ditutup pada Sabtu, 26 Oktober 2019.

Gunung Uluru merupakan kawasan suci menurut Suku Anangu, yang sudah sejak lama melarang turis untuk memanjat gunung batu tersebut. 

Pada 2017 lalu, hanya 16% wisatawan yang melakukan pendakian ke Uluru karena larangan pendakian mulai dipublikasikan.

Hari ini, Jumat 25 Oktober 2019, para wisatawan yang hendak melakukan pendakian juga harus menunda perjalanannya karena angin kuat yang berbahaya. Tiga jam kemudian, pihak dari kawasan Uluru menyatakan bahwa pendakian sudah aman dilakukan.

Proses pendakian akan dihentikan pada pukul 16.00 waktu setempat. Rantai logam yang digunakan untuk membantu pendaki kemudian akan segera dicopot.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Alasan Penutupan

Uluru di Australia
Selebaran yang diterima pada 10 Oktober 2019 memperlihatkan para wisatawan mendaki Uluru di Utara Australia. Heboh rencana penutupan memicu gelombang kedatangan pengunjung demi merasakan pengalaman mendaki titik yang selama ini dikenal dengan sebutan Ayers Roc tersebut. (HO/ @koki_mel_aus/AFP)

Pada 2017, pihak Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta memutuskan menutup kawasan Uluru untuk proses pendakian karena alasan spiritual, namun juga faktor keamanan dan lingkungan.

Salah satu warga Suku Anangu mengatakan kepada BBC bahwa Uluru merupakan tempat yang sangat suci, bahkan mengibaratkannya seperti gereja bagi mereka.

"Orang-orang dari seluruh dunia datang dan mendaki gunung tersebut. Mereka sama sekali tidak menghormati," ujar Rameth Thomas.

Sebenarnya, ada beberapa tanda peringatan yang melarang turis untuk mendaki dengan alasan kesucian wilayah tersebut. Namun tampaknya mereka tidak mengindahkan tanda tersebut.

"Kami kesulitan membaca tulisan pada peringatan. Ini merupakan sebuah bukit batu yang seharusnya didaki," ujar seorang pendaki kepada BBC.

"Segala beban akan hilang hari ini. Sekarang adalah waktunya bagi Uluru untuk beristirahat," ujar seorang warga lokal, Donald Fraser.

Area kemah dan hotel di kawasan tersebut juga dipenuhi oleh wisatawan. Bahkan banyak yang rela berkemah secara ilegal dan mengakibatkan banyaknya sampah di sekitar kawasan wisata.

Pihak pariwisata mengatakan tidak menyangka bahwa keputusan penutupan area Uluru ternyata menimbulkan dampak besar.

Sejak tahun 1950, banyak turis yang meninggal di kawasan Uluru karena berbagai hal, kebanyakan karena insiden, dehidrasi dan panas. Di 2018, turis asal Jepang meninggal ketika hendak mendaki.

Uluru memiliki ketinggian 348 meter dan jalur pendakian yang licin. Temperatur di area tersebut juga dapat mencapat 47 derajat saat musim panas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya