Liputan6.com, Jakarta Sungai Darling di Australia mengering. Warna sungai berubah menjadi kekuningan dan kotor.
Kekeringan melanda sungai terpanjang di Australia jika anak-anak sungainya disertakan.
Baca Juga
Australia berada dalam cengkraman kekeringan paling parah di Benua tersebut dalam satu abad terakhir, seperti dilansir mercurynews.com pada Kamis 24 Oktober 2019.
Advertisement
Keputusasaan telah berubah menjadi kemarahan di Menindee, 830 km sebelah barat Sydney.
Hal itu akibat penduduk menyalahkan pemerintah karena memperburuk kekeringan dengan menarik air sungai pada 2017 untuk irigasi dan penggunaan lainnya di hilir.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Perubahan Kondisi Menyiksa
Warga setempat sekarang menghindari penggunaan air ledeng untuk minum dan memandikan bayi serta anak-anak. Hal itu karena air tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit. Mereka lebih memilih air kemasan sebagai gantinya.
Salah seorang warga yang merupakan tetua Aborigin, Patricia Doyle turut memberi komentar atas kekeringan yang melanda dan belakang rumahnya tertimbun floatsam/batang kering yang ditemukan di dasar sungai yang kering.
"Itu adalah sumber makanan kami, sungai, sumber air kami. Itulah mata pencaharian kami," kata Patricia Doyle.
"Ketika Anda tinggal di sungai dan Anda harus membawa air ke kota Anda untuk minum dan bertahan hidup, apa kata itu? Dikatakan bahwa sistem kami ... tidak terpelihara dengan baik," tambah Patricia.
Sementara itu, dua tahun terakhir menjadi tahun-tahun paling kering di daerah tangkapan air, Darling. Padahal, daerah itu seharusnya mengalirkan air sepanjang 1.767 mil atau sekitar 2.843 kilometer ke laut. Serta, berdampingan dengan sungai Murray sejak pencatatan dimulai pada 1900.
Kekeringan memberi beban pada pertumbuhan ekonomi. Kondisi kekeringan juga mendorong Australia yang notabene eksportir utama gandum, melakukan impor biji-bijian untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.
Tak hanya itu, musim panas yang lalu adalah rekor terpanas di Menindee. Tercatat suhu mencapai 100 derajat fahrenheit atau sekitar 37 derajat Celcius lebih. Musim yang sangat panas lainnya diperkirakan akan terjadi.
Atas hal itu, pemerintah setempat Australia membentuk panel untuk mengevaluasi pengelolaan air. Serta, memerintahkan pengawas anti-trust untuk menyelidiki perdagangan hak irigasi.
Advertisement
Asal-usul Sungai Darling
Klan Doyle atau biasa disebut Barkindji dalam bahasa Aborigin merupakan orang-orang sungai. Sementara, Darling disebut Barka.
Sungai ini menjadi pusat cerita tentang asal usul klan Doyle dan kehidupan budayanya. Terlebih, terlihat di Menindee di mana sepertiga dari 550 penduduknya adalah penduduk asli, dibandingkan dengan rata-rata nasional kurang dari 3 persen.
Dilapisi dengan gum merah sungai, Sungai Darling juga menyirami beberapa tanah penggembalaan/peternakan terkaya Australia.
Bahkan, sampai ada pembangunan rel kereta api di awal abad ke-20 yang merupakan rute utama yang digunakan untuk membawa wol dan barang-barang lainnya ke pasar.
Namun, semua aspek masyarakat sekarang menderita. Salah seorang pemburu Barkindji dan penggembala kambing, Kyle Philip turut menyampaikan komentar atas keadaan sungai saat ini.
"Negara sungai itu sendiri, tidak menyediakan sebanyak yang dulu," kata Kyle Philip.
Sementara itu, orang tua melarang anak-anak berenang di air keruh yang tersisa. Lalu, ikan yang ditangkap di lubang yang masih cukup dalam untuk menampung air tidak bisa dimakan.
"Kita bisa merasakan lumpur di daging tempat bertengger," kata Philip.
"Kita tidak bisa benar-benar memakannya," tambah Philip.
Baru-baru ini, komunitas Aborigin mengadakan festival khusus di sepanjang sungai "untuk menyembuhkan orang Barka."
Salah seorang penyelenggara acara, Bruce Shillingsworth mengatakan upaya yang dilakukan untuk mengembalikan keadaan sungai.
"Kami akan mulai menari dan menyanyikan lagu tanah," Bruce Shillingsworth.
"Menyanyikan sungai, menyanyikan kembali lingkungan kita untuk membuatnya sehat," tambahnya.
Sementara itu, di gereja Anglikan di Menindee, doa dilakukan. Pendeta Helen Ferguson menyampaikan harapan atas sungai yang kering tersebut.
"Sungai itu seharusnya mengalir," kata Pendeta Helen Ferguson.
"Ketika sungai itu mengalir, orang-orang hanya beramai-ramai dan seluruh kota hidup kembali. Tapi itu belum terjadi untuk beberapa waktu sekarang dan doa saya adalah agar orang-orang tidak menjadi lelah karenanya," tutupnya.
Reporter: Hugo Dimas