Liputan6.com, Singapura - Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Senin 16 Desember 2019 membagikan cerita tentang bagaimana usahanya menjaga ketenangan dalam situasi penuh tekanan. Dalam masa kepimpinannya selama delapan tahun, terjadi dua perang, ekonomi ambruk dan jutaan orang kehilangan lapangan kerja.
Sosok yang dijuluki Obama No Drama itu tak pudar dari pandangan publik, meski telah menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan AS kepada Donald Trump pada 2017 setelah menyelesaikan delapan tahun masa jabatannya.
Advertisement
Baca Juga
Lebih dari 4.500 audiensi terpesona mendengar cerita suami Michelle Obama itu. Sebagian besar hadirin merupakan orang-orang profesional dan eksekutif di perusahaan dari Singapura dan dari sekitar kawasan tersebut.
Advertisement
Dilansir dari The Straits Times, Rabu (18/11/2019), selama diskusi yang diselenggarakan oleh penyedia acara bisnis Australia The Growth Faculty di Singapore Expo, Obama membahas topik kepemimpinan dalam percakapan selama satu jam dengan Nicholas Fang, direktur Keamanan dan Urusan Global di Singapore Institute of International Affairs.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kesulitan di Masa Jabatannya pada 2008
Mengingat masa yang penuh gejolak ketika ia mulai menjabat pada 2008, dalam bayang-bayang krisis sub-prime yang menghancurkan ekonomi AS dan mengguncang hampir semua ekonomi lain yang terkait dengannya melalui perdagangan dan keuangan, Obama mengatakan saat itu kewalahan.
"Ekonomi berkontraksi lebih cepat daripada saat Great Depression," katanya.
“Kami kehilangan 800.000 lapangan pekerjaan dalam sebulan, hingga dalam enam bulan sebelum saya mulai menjabat. Secara total, kami telah kehilangan 8 juta lapangan pekerjaan."
Pertanyaan yang sering diajukan kepadanya adalah mengapa dia tidak merasa sangat stres. Hal itu pula yang membuat penasaran Nicholas Fang, ia ingin tahu apa resep Obama bisa begitu tenang menghadapi semua tekanan dalam masa kepemimpinannya.
Advertisement
Latar Belakang Hawaii dan Indonesia
Ditanya mengapa ia tak merasakan tertekan atau stres, Obama menjawab hal itu karena pengalaman masa kecilnya di sejumlah negara.
"Saya mengaitkan hal tersebut dengan latar belakang pernah tinggal di Hawaii / Indonesia," katanya, sambil menceritakan masa kecilnya di Indonesia dari 1967 hingga 1971, hingga ia pindah kembali ke tempat kelahirannya di Honolulu.
Obama menjelaskan bahwa ia tidak menjadi tinggi hati ketika wajahnya berada di poster atau sampul majalah.
"Saya juga tidak terlalu menjadi rendah hati ketika ada hal-hal sulit, karena saya yakin bahwa kami (pemerintahannya) membuat keputusan yang terbaik dalam situasi seperti itu."
Diketahui Obama pernah tinggal di Indonesia mulai dari usia 6 sampai 10 tahun. Dia pindah ke Jakarta pada tahun 1967 setelah ibunya berpisah dengan sang ayah. Sang bunda kemudian menikah lagi dengan seorang lelaki Indonesia, Lolo Soetoro dan melahirkan seorang putri. Maya Soetoro-Ng adalah saudara tirinya.
Setelah pernikahan keduanya gagal, ibu Obama, Ann Dunham, tetap tinggal di Indonesia sedangkan Obama kembali ke Hawaii untuk tinggal bersama kakek-neneknya. Demikian dilansir VOA.
Rahasia Suksesnya
Obama tak sungkan berbagi rahasianya. Ia mengatakan ada dua hal, yakni: orang-orang terbaik dan proses.
“Jika Anda berada dalam situasi kepemimpinan apa pun, pekerjaan pertama Anda adalah mengumpulkan semua bakat terbaik, orang-orang yang memiliki integritas, dan orang-orang yang mengikuti nilai-nilai pekerjaan Anda serta percaya pada visi Anda.”
"Anda menempatkan mereka di posisi untuk berhasil, lalu Anda membuat keputusan berdasarkan informasi terbaik yang tersedia dan mengatur semua proses di mana Anda dapat melihat dari setiap sudut tentang solusi apa yang mungkin dapat Anda lakukan untuk masalah yang sedang Anda hadapi."
"Semua masalah yang saya hadapi sulit. Jika Anda berada di Gedung Putih, satu-satunya masalah yang datang ke meja saya adalah yang tidak memiliki solusi dan tidak ada orang lain yang bisa menyelesaikannya. Jika ada orang lain yang bisa menyelesaikannya, mereka akan menyelesaikannya sebelum sampai ke saya."
Politikus 58 tahun itu mengatakan dia selalu menemukan dirinya bergulat dengan segala kemungkinan. "Selalu ada 55-45, 70-30 solusi, namun selalu ada juga peluang kegagalan."
"Tapi yang bisa kami lakukan adalah mengatur proses yang saya percayai, di mana saya yakin bahwa kami melihat setiap masalah dari setiap sudut, menggunakan logika dan penalaran, serta fakta dan data."
"Dan begitulah cara bagaimana saya dapat mengelola stres sepanjang masa kepresidenan dan saya bisa merasa bahwa kami melakukan yang terbaik yang kami bisa, dan melakukannya untuk alasan yang tepat. Kami mempertahankan integritas kami dan tidak memiliki skandal besar. Kami membuat kesalahan tetapi kami mempertahankan standar etika yang tinggi," katanya.
Meski Trump tidak pernah disebut, ada sindiran terhadap kebijakannya dalam tanggapan Obama yang kritis terhadap polarisasi politik yang nyata di AS saat ini.
Obama meninggalkan Singapura pada hari Senin 16 Desember. Ia tiba di sana sejak Jumat 14 Desemberr untuk berpartisipasi dalam acara amal. Dia juga bertemu dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada hari yang sama. Di acara tersebut dirinya ditemani oleh sang istri Michelle, yang membahas tema-tema dari memoarnya yang laris.
Obama sedang mengerjakan memoar barunya, yang diharapkan akan rilis tahun depan saat AS mengadakan pemilihan presiden.
Reporter: Deslita Krissanta Sibuea
Advertisement