AS Nyatakan Siap Negosiasi dengan Iran, Pertanda Damai?

Dalam surat kepada PBB, AS menyampaikan bahwa pihaknya siap untuk melakukan negosiasi dengan Iran. Apakah ini jadi pertanda bahwa keduanya akan berdamai?

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Jan 2020, 18:10 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 18:10 WIB
Pemakaman jenderal Qasem Soleimani. (AFP)
Pemakaman jenderal Qasem Soleimani. (AFP)

Liputan6.com, Washington D.C - Dalam sepucuk surat kepada Dewan Keamanan PBB, Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft mengatakan AS siap untuk bernegosiasi dengan tujuan mencegah terjadinya bahaya perdamaian dan keamanan internasional lebih lanjut atau eskalasi oleh rezim Iran.

Dilansir dari BBC, Kamis (9/1/2020), pembunuhan Soleimani dibenarkan, menurut surat itu, di bawah Pasal 51 Piagam PBB, yang mengharuskan negara untuk "segera melaporkan" kepada Dewan Keamanan segala tindakan yang diambil dalam melaksanakan hak bela diri.

AS akan mengambil tindakan tambahan "seperlunya" di Timur Tengah untuk melindungi personel dan kepentingannya, tambah surat itu.

Tetapi Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi mengatakan tawaran pembicaraan AS "tidak bisa dipercaya" karena AS terus memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran.

Trump sebelumnya telah menawarkan untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran tanpa prasyarat - dan untuk bertemu Presiden Hassan Rouhani.

Pada bulan September, Ayatollah Khamenei mengatakan Iran tidak akan pernah terlibat dalam pembicaraan bilateral, mengatakan itu adalah bagian dari kebijakan Amerika "untuk menekan Iran".

Ayatollah Khamenei mengatakan bahwa jika AS bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir penting yang ditariknya pada tahun 2018, ia dapat mengambil bagian dalam pembicaraan multilateral dengan Iran dan pihak-pihak lain dalam kesepakatan itu.

Iran juga mengutip Pasal 51 sebagai pembenaran atas serangannya terhadap pangkalan AS.

Dalam surat Iran, Ravanchi menulis bahwa Teheran "tidak mencari eskalasi atau perang" setelah menggunakan haknya untuk membela diri dengan mengambil "respons militer yang terukur dan proporsional dengan menargetkan pangkalan udara Amerika di Irak".

"Operasi itu tepat dan menargetkan sasaran militer sehingga tidak meninggalkan kerusakan jaminan pada warga sipil dan aset sipil di daerah itu," tulisnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pembelaan Diri AS

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

Dalam sebuah surat kepada PBB, AS membenarkan pembunuhan Jenderal Iran Qasem Soleimani sebagai tindakan membela diri.

Iran telah membalas dengan menembakkan rudal ke pangkalan udara yang menampung pasukan AS di Irak tanpa menimbulkan korban. Iran juga mengatakan kepada PBB bahwa itu adalah tindakan membela diri.

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menggambarkan serangan rudal itu sebagai "tamparan di muka" bagi AS dan menyerukan diakhirinya kehadiran Amerika di Timur Tengah.

Serangan AS terhadap Soleimani yang juga membunuh anggota milisi Irak yang didukung Iran, bersumpah akan membalas dendam.

Namun, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan kepada CBS News bahwa "intelijen" mengindikasikan bahwa Iran telah meminta milisi sekutunya untuk tidak menyerang sasaran AS.

Dewan Perwakilan Rakyat AS telah menjadwalkan pemungutan suara hari Kamis karena membatasi kemampuan Presiden Donald Trump untuk berperang melawan Iran tanpa persetujuan khusus dari Kongres.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya