Liputan6.com, New Delhi - Lima orang tewas di New Delhi dalam aksi protes atas undang-undang kewarganegaraan baru India yang kontroversial, tepat beberapa jam sebelum kunjungan Presiden AS Donald Trump.
Seorang polisi dan empat warga sipil tewas di hari yang dapat dikatakan paling mematikan di ibukota tersebut, sejak undang-undang baru disahkan pada 2019.
Dilansir dari BBC, Selasa (25/2/2020), kendaraan dibakar dalam bentrokan, antara pendukung dan penentang hukum, yang menurut para kritikus menargetkan 200 juta Muslim India.
Advertisement
Beberapa bagian kota masih berada dalam kondisi tegang saat Trump bersiap untuk mengadakan pembicaraan pada hari Selasa.
Kekerasan di wilayah mayoritas Muslim di timur laut Delhi dimulai pada hari Minggu dan berlanjut hingga hari Senin. Ini adalah pertama kalinya seorang anggota pasukan keamanan terbunuh dalam kerusuhan di sekitar India sejak meletus akhir tahun lalu.
Citizenship Amendment Act (CAA) yang baru memberikan amnesti kepada imigran non-Muslim dari tiga negara mayoritas Muslim terdekat. Para pengunjuk rasa, sebagian besar dipimpin oleh wanita dan pria Muslim, mengatakan itu mendiskriminasi Muslim. Tetapi kelompok-kelompok Hindu mengatakan protes itu tidak perlu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kekacauan Akan Dibereskan Usai Trump Pulang
Bentrokan pertama kali terjadi pada hari Minggu dan kedua belah pihak saling menyalahkan karena memulai kekerasan.
Kekerasan tumpah hingga Senin, dan polisi menembakkan peluru gas air mata untuk membubarkan kerumunan orang yang saling melempar batu. Rekaman TV menunjukkan api dan asap mengepul dari bangunan.
Sedikitnya 25 orang dirawat di rumah sakit GTB di Delhi karena cedera serius, kata pejabat rumah sakit kepada BBC Hindi.
"Salah satu yang terluka serius adalah seorang perwira polisi senior. Dia sekarang telah dipindahkan ke rumah sakit lain untuk perawatan khusus," kata seorang pejabat.
Shahid Alvi, seorang pengemudi becak mobil, meninggal karena cedera peluru yang dideritanya selama aksi protes. "Dia tertembak di perut saat protes dan meninggal ketika kami membawanya ke rumah sakit," katanya.
Wartawan BBC Anshul Verma mengatakan bahwa dia melihat kendaraan hangus dan jalan-jalan dipenuhi oleh batu di daerah-daerah seperti Jafrabad dan Chand Bagh pada Selasa pagi.
"Daerah-daerah ini tampak seperti zona perang. Polisi memeriksa kartu identitas orang yang memasuki daerah ini pagi ini. Beberapa stasiun Metro juga telah ditutup. Semua orang tampak tegang," tambahnya.
Ketua Menteri yang baru terpilih kembali di Delhi, Arvind Kejriwal, meminta pemerintah federal untuk memulihkan hukum dan ketertiban.
Polisi kepolisian ibu kota melapor langsung ke pemerintah yang dipimpin Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa.
Salah satu pemimpinnya telah mengancam sekelompok pemrotes melakukan aksi menentang CAA pada akhir pekan, mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan "dibereskan" secara paksa begitu Donald Trump meninggalkan India.
Undang-undang baru itu menimbulkan kekhawatiran bahwa status sekuler India berisiko.
Modi dan Trump, yang memimpin dua negara demokrasi terbesar di dunia, akan mengadakan pembicaraan formal di ibukota pada hari Selasa. Tidak jelas apakah pemerintahan Trump akan mengomentari kekerasan yang terjadi beberapa jam sebelum kedatangannya.
Advertisement