China Akhiri Lockdown karena Corona COVID-19 Mulai Rabu 25 Maret

Setelah sekitar dua bulan terkena lockdown, provinsi Hubei

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Mar 2020, 15:55 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2020, 15:55 WIB
Menengok Kondisi Terkini Kota Wuhan
Warga membawa makanan dan sayuran di Wuhan di provinsi Hubei tengah China (3/3/2020). Hingga saat ini, jumlah total kasus virus corona secara global dilaporkan mencapai 89.770 kasus yang tersebar di sekitar 70 negara termasuk Indonesia. (AFP/STR)

Liputan6.com, Beijing - Mulai Rabu 25 Maret, pemerintah China akan mulai membuka lockdown di Provinsi Hubei. Kebijakan lockdown pertama kali diterapkan pada 23 Januari lalu di beberapa kota di Hubei, termasuk kota Wuhan. 

Pengumuman itu dibuat oleh Komisi Kesehatan China di provinsi Hubei, sehingga warga boleh keluar masuk Hubei. Khusus kota Wuhan, lockdown baru berakhir pada 8 April mendatang, demikian laporan The Straits Times, Selasa (24/3/2020).

Jumlah infeksi baru di Hubei sudah tidak ada lagi sejak 19 Maret lalu. Secara keseluruhan, ada 67 ribu kasus di Hubei dan 60 ribu berhasil sembuh.

Pada 8 April mendatang, orang yang ingin keluar dari Wuhan harus tetap mengikuti aturan kesehatan yang berlaku. Jumlah pasien baru di Wuhan juga sudah tidak ada lagi dalam beberapa hari terakhir.

Pada kebijakan lockdown Hubei, ada total 60 juta yang tak bisa keluar dari provinsi itu. Pergerakan masyarakat juga dibatasi agar tidak leluasa ke luar rumah.

Pemerintahan Xi Jinping optimistis mereka sudah menjinakan penyebaran COVID-19 di China. Pada 10 Maret lalu, Presiden Xi telah mengunjungi Wuhan untuk pertama kalinya.

Rumah sakit darurat sempat dibangun di kota Wuhan juga sudah tutup karena berkurangnya pasien baru. Dokter-dokter yang diimpor dari provinsi lain di China akhirnya pulang ke daerah masing-masing.

Transportasi umum di Hubei juga ditutup dan mereka yang punya kendaraan pribadi juga tak boleh bebas berpergian. Ratusan WNI sempat terjebak hingga akhirnya dijemput pemerintah. 

Saat ini, kebijakan lockdown sedang dicontoh banyak negara, termasuk Malaysia, Filipina, dan Italia yang punya jumlah kematian yang tinggi di Eropa. Dokter China juga sudah bertolak ke Italia untuk membantu, namun pihak China menyayangkan lockdown di Italia yang kendor. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Luhut Sebut Indonesia Tengah Kaji Kebijakan Lockdown

Menperin Airlangga dan Menko Luhut Hadiri Rakorbidnas III Kemaritiman PDIP
Menko Kemaritiman ‎Luhut Binsar Pandjaitan memberi pemaparan dalam Rakorbidnas III Kemaritiman PDIP, Jakarta, Minggu (8/4). Program ini fokus pada pengembangan Industri Maritim Terintegrasi Gotong Royong (IMT GR). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan masih kajian mengenai lockdown atau karantina wilayah guna menangani penyebaran pandemi COVID-19 yang berlangsung saat ini.

Luhut dalam postingan di akun pribadi Instagram @luhut.pandjaitan menuturkan saat ini pemerintah memang belum menghitung kemungkinan melakukan lockdown.

“Bisa saja besok, lusa, kita tiba-tiba (lockdown) per daerah. Daerah A mungkin kita karantina. Tapi kita tidak mengerti karena tidak ada istilah dalam UU mengenai lockdown atau karantina ini. Jadi kalau ada karantina kecamatan, desa, sampai nanti kota atau provinsi, kajiannya sedang berjalan saat ini,” katanya dikutip dari Antara, Selasa (24/3/2020).

Luhut meminta segenap masyarakat untuk terus mendukung pemerintah dalam upaya menangani penyebaran virus corona. Menurut dia, diakuinya penanganan dari pemerintah memang masih bermasalah. Namun, ia meyakini upaya yang dilakukan semakin baik ke depan.

“Kita semua harus mendukung pemerintah. Jangan silang pendapat, jangan salahkan sana sini, karena pemerintah kan melihat dengan luas sekali. Tidak mungkin pemerintah careless (ceroboh) atau dikatakan Presiden ragu-ragu. Tidak,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya