Pandemi Corona COVID-19 Berpotensi Picu 7 Juta Kehamilan Tak Dikehendaki

Data yang didukung PBB menyebut bahwa pandemi Virus Corona COVID-19 berpotensi mengakibatkan jutaan kehamilan tak dikehendaki. Ini penjelasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2020, 16:03 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 15:29 WIB
Ibu hamil
Ilustrasi ibu hamil (iStockphoto)

Liputan6.com, Victoria - Kebijakan karantina wilayah atau lockdown selama pandemi Virus Corona COVID-19 berpotensi mengakibatkan 7 juta kehamilan yang tidak dikehendaki dalam beberapa bulan ke depan. Data itu dirilis pada Selasa 28 April oleh Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Population Fund/UNFPA) bersama mitra-mitranya.

Mereka memperkirakan jumlah wanita yang mengakses layanan keluarga berencana atau menghadapi kehamilan yang tak dikehendaki, kekerasan berbasis gender, dan praktik-praktik membahayakan lainnya, dapat "melonjak" sampai jutaan kasus akibat krisis ini, menurut rilis media yang diterima Xinhua dan dikutip Rabu (29/4/2020).

"Data baru ini menunjukkan dampak katastrofe yang akan segera menimpa kaum wanita dan anak perempuan di seluruh dunia," kata Natalia Kanem, Direktur Eksekutif UNFPA.

"Pandemi Virus Corona COVID-19 ini kian memperdalam kesenjangan, dan ada jutaan lagi wanita dan anak perempuan yang kini berisiko kehilangan kemampuan untuk merencanakan keluarga dan melindungi tubuh maupun kesehatan mereka."

Riset ini dilakukan UNFPA dengan menggandeng Avenir Health, Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat, serta Universitas Victoria di Australia.

Saksikan juga Video Ini:

Corona COVID-19 Berdampak Besar

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Virus Corona COVID-19 menimbulkan dampak besar pada wanita dan anak perempuan, karena sistem kesehatan mengalami kelebihan beban dan berbagai fasilitas tutup, atau menyediakan serangkaian layanan yang mereka butuhkan secara terbatas.

Di saat yang sama, banyak wanita dan anak perempuan juga melewatkan pemeriksaan medis penting karena takut tertular Corona COVID-19, lanjut rilis media tersebut.

Secara global, sekitar 450 juta wanita di 114 negara berpendapatan rendah dan menengah menggunakan alat kontrasepsi, sebut UNFPA dan mitra-mitranya.

47 Juta Wanita dan Anak Perempuan Berpotensi Tak Dapat Mengakses Alat Kontrasepsi Modern

Kondom
Ilustrasi Foto Alat Kontrasepsi Kondom (iStockphoto)

UNFPA bersama mitra-mitranya memproyeksikan bahwa jika layanan kesehatan masih mengalami gangguan dan lockdown masih berlanjut selama enam bulan, kurang lebih 47 juta wanita dan anak perempuan di negara-negara tersebut berpotensi tidak dapat mengakses alat kontrasepsi modern, sehingga mengakibatkan sekitar 7 juta kehamilan tak dikehendaki.

Selain itu, juga akan ada 31 juta kasus tambahan kekerasan berbasis gender dalam periode tersebut, dengan 15 juta tambahan kasus diperkirakan akan terjadi setiap tiga bulan lockdown berlanjut, papar rilis media tersebut.

Demikian pula, tambahan 13 juta kasus pernikahan anak-anak bisa terjadi pada dekade ini dengan krisis saat ini merusak upaya-upaya pemberantasan praktik tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya