Helsinki - Sebuah riset dari Universitas Helsinki di Finlandia memanfaatkan anjing terlatih sebagai pembantu diagnosa medis. Hewan ini kemudian dilatih mengenali sidik jari bau Virus Corona jenis baru, SARS-Cov-2 pemicu penyakit COVID-19. Â
Hasilnya cukup menjanjikan. Setelah beberapa minggu, anjing bisa melacak dengan tepat sampel air seni dari pasien Corona COVID-19 dan membedakannya dari sampel air kencing orang sehat. "Kami punya banyak pengalaman dengan pelatihan anjing untuk mengenali berbagai penyakit", ujar Anna Hielm-Björkman, dosen untuk riset klinis pada binatang peliharaan di fakultas kedokteran hewan Universitas Helsinki. seperti dikutip dari DW Indonesia, Jumat (28/5/2020).
"Tapi sangat fantastis bisa melihat, bagaimana anjing itu dengan cepat belajar mengenali bau penyakit baru tersebut", tambah Hielm-Björkman.
Advertisement
Dalam waktu relatif singkat, hewan ini dapat mengidentifikasi air kencing dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 dengan ketepatan setara dengan tes PCR yang lazim digunakan.Â
Negara Eropa Lain Ikuti Uji Coba Â
Para ilmuwan di Finlandia kini sudah memulai riset tahap kedua, yang berskala lebih besar dengan metode acak pada sampel pasien yang lebih banyak. Jika uji endus ini sukses, barulah tes bau khas COVID-19 akan diterapkan dalam praktik klinis.
Hasil riset yang menjanjikan dari Finlandia ini juga amat penting bagi ilmuwan di negara Eropa lainnya yang melakukan ujicoba serupa. Misalnya bagi para periset dari Inggris dan Prancis yang juga melakukan pelatihan anjing pelacak untuk mengendus dan mengenali infeksi Virus Corona SARS-CoV-2. Â
Sementara para pelatih anjing pelacak Jerman bersikap menahan diri, walaupun memuji hasil riset dari Finlandia.
"Kami mula-mula akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Pasalnya para pakar virologi Jerman menyarankan tidak melakukan ujicoba. Alasannya, sejauh ini mereka hanya tahu sedikit mengenai virus ini", ujar Luca Barrett dari pusat asistensi dan pelatihan anjing di Jerman.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Terbukti Akurat untuk Penyakit LainÂ
Hingga kini para ahli belum mengetahui, substansi apa dalam air kencing yang memicu bau khas COVID-19. Pasalnya Virus Corona SARS CoV-2 tidak hanya menyerang paru-paru, melainkan juga organ penting lainnya seperti ginjal atau pembuluh darah. Perubahan bau air seni pasien inilah yang diduga dikenali anjing dengan organ penciumannya yang sangat peka.Â
Sejauh ini dunia medis memang sudah menarik banyak manfaat dari anjing pelacak yang mampu mengendus bau khas yang ditimbulkan berbagai penyakit. Beberapa jenis kanker misalnya, bisa diendus dengan ketepatan sangat tinggi Â
"Kanker payudara bisa diendus dengan ketepatan hingga 93 persen. Sementara kanker paru-paru, akurasinya lebih tinggi lagi, hingga 97 persen bisa diendus oleh anjing pelacak medis", ujar Barrett. Juga kanker prostata, kanker lambung dan kanker indung telur bisa diendus dengan akurat. Bahkan penyakit parkinson bisa diendus beberapa tahun sebelum gejalanya muncul.Â
"Kuota endusan tepat yang tinggi, tentu saja menjadi kriteria utama dalam pelatihan anjing pelacak penyakit", tambah pendiri pusat pelatihan anjing di Jerman itu. Pasalnya, sangat berbahaya jika anjing yang dilatih khusus, ternyata gagal mengenali orang yang terinfeksi COVID-19Â
Kemungkinan Tugas Anjing Pengendus CoronaÂ
Jika ujicoba fase kedua dengan sampel lebih besar dan bersifat acak di Finlandia itu juga sukses, maka terbuka kemungkinan pengerahan satuan anjing pelacak untuk mengendus infeksi Virus Corona pemicu COVID-19. Hal ini akan jadi kontribusi penting dalam mencegah penyebaran virus SARS-Cov-2.Â
Misalnya anjing pengendus bisa dikerahkan di bandara, untuk mengenali orang yang terinfeksi COVID-19, baik dengan atau tanpa gejala sakit. Atau di stadion olahraga dan pertunjukan seni budaya, di mana anjing bisa ditempat di pintu masuk untuk mengendus infeksi corona. Tentu saja, jika ada orang yang terendus "terindikasi infeksi", tetap harus dilakukan tes kedua dengan peralatan standar medis untuk Corona.Â
Selain itu, anjing yang dilatih mengendus virus COVID-19 bisa dikerahan di rumah-rumah perawatan manula atau panti jompo, untuk mengendus kemungkinan adanya sumber penularan. Seperti diketahui, rumah perawatan manula dan panti jompo mencatatkan korban meninggal terbanyak saat pandemi COVID-19 sekarang ini.
Advertisement