WHO: Dunia Memasuki Fase Berbahaya Baru dari Pandemi Corona COVID-19

WHO berkata dunia sedang masuk fase berbahaya dari Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Jun 2020, 14:09 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2020, 14:09 WIB
FOTO: Cegah Antrean Penumpang, Aparat Keamanan Diterjunkan di Stasiun Bogor
Petugas stasiun memandu penumpang KRL Commuterline di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/6/2020) pagi. Puluhan polisi, TNI, Satpol PP, dan petugas stasiun diterjunkan untuk memandu penumpang mengantisipasi antrean panjang seperti kemarin. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin WHO menyampaikan kabar buruk mengenai perkembangan Virus Corona (COVID-19) di dunia. Di tengah fase normal baru, ternyata dunia juga masuk fase bahaya baru. 

Pernyataan itu diberikan pemimpin WHO Dr. Tedros Ghebreyesus Adhanom setelah mendapat laporan ada lebih dari 150 ribu kasus sehari. Mayoritas kasus berasal dari Amerika, kemudian Asia Selatan dan Timur Tengah. 

"Dunia sedang berada di fase baru dan berbahaya. Dapat dipahami banyak orang yang lelah berada di rumah, dapat dipahami berbagai negara ingin membuka ekonomi mereka, tetapi virusnya masih menyebar pesat. Ini masih berbahaya," ujar Dr. Tedros dalam konferensi pers WHO seperti dikutip Sabtu (20/6/2020).

Dr. Tedros menyarankan agar masyarakat tetap waspada terhadap Virus Corona, contohnya senantiasa memakai masker, menjaga jarak, sering cuci tangan, dan menutup mulut ketika batuk. 

Bagi pemerintah, Dr. Tedros meminta agar hal-hal dasar terus dilakukan, yakni menemukan, mengisolasi, dan mengetes. Selain itu, pemerintah diminta terus melakukan contact tracing dan karantina.

Kasus corona di Indonesia sendiri masih terus menanjak. Saat ini, kasus di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara dengan 43 ribu kasus.  

Meski demikian, Presiden Joko Widodo sudah memberlakukan new normal.  Jokowi berharap new normal dilaksanakan dengan hati-hati. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Jubir Yurianto Sebut Tertular Covid-19 Bukan Takdir, tapi Pilihan

Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (31/3/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Juru bicara (jubir) pemerintah pada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, menjadi sakit adalah pilihan masyarakat. Jika ada yang memilih tidak mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dan ternyata menjadi sakit, itu menjadi wajar karena tidak patuh. 

Menurut dia, tertular virus Corona tipe baru bukanlah takdir, tapi karena ada orang yang memilih cara hidup yang kemudian menyebabkan dia sakit.

"Dia milih enggak pakai masker, dia memilih enggak cuci tangan, dia memilih enggak jaga jarak. Karena seharusnya kita wajib pakai masker, wajib jaga jarak, wajib cuci tangan, karena kita menyadari kita wajib sehat," kata dokter yang akrab disapa Yuri itu seperti dilansir Antara, Jumat (19/6/2020).

Dia mengingatkan, kewajiban masyarakat di tengah wabah Covid-19 ini adalah menjadi sehat. Sebab, sehat adalah cara jitu menangkal infeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

"Harus diyakini sakit itu pilihan, karena yang wajib itu sehat," kata Yuri.

Masyarakat perlu menyadari sehat akan membuat mereka menjadi produktif. Bagi kepala keluarga tentu artinya tidak bisa menafkahi keluarganya jika sakit. Oleh karena itu, lanjut dia, sehat menjadi kewajiban.

"Mari kita pahami betul ini masalah bersama. Hanya kita yang bisa menyelesaikan masalah ini. Tidak sulit, patuhi protokol kesehatan," ujar Yuri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya