Kisah WNI di Australia Saling Bantu Saat Pandemi Corona COVID-19 Meski Tak Kenal

WNI atau diaspora di Australia saling memberi bantuan selama pandemi Virus Corona COVID-19.

diperbarui 23 Jun 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2020, 16:00 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Sydney - Pandemi COVID-19 di Australia menimbulkan masalah bagi sebagian warganya, namun bantuan bermunculan, termasuk di kalangan komunitas diaspora Indonesia di Australia yang saling membantu.

Berikut adalah cerita dari empat perwakilan diaspora Indonesia di empat kota Australia, yakni Sydney, Melbourne, Adelaide dan Darwin, yang dalam 3 bulan terakhir menyediakan makanan dan kebutuhan pokok lainnya bagi warga Indonesia yang memerlukan.

Di Sydney, Susan dari komunitas 'The Rock' merupakan salah satu yang aktif terlibat. Demikian seperti dikutip dari ABC Indonesia, Selasa (23/6/2020).

"Selama pandemi, kami dari The Rock membuat satu tim yang disebut 'The Rock Care'. Kami membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dan juga para lansia, yang mengalami kesulitan misalnya tidak bisa pergi belanja.

"Kita membantu dengan memberikan bantuan langsung ke rumah mereka," kata Susan.

Di Melbourne, Angelina Sukiri, yang sehari-hari bekerja sebagai agen perjalanan, membentuk sebuah proyek yang dinamakan 'Kasih Project'.

"Kami menyediakan paket kasih berupa bahan-bahan makanan pokok seperti misalnya beras, minyak goreng.

"Pada awalnya kami menggunakan ruangan di KJRI Melbourne sehingga yang membutuhkan dapat mengambil paket di sana. Setelah itu kami juga membantu menyalurkan bantuan kepada mereka yang berada di kawasan regional dan rural di Victoria," kata Angelina.

Sementara itu di ibu kota Australia Selatan, komunitas bernama 'Indopeduli Adelaide' melakukan kegiatan membantu sesama, seperti yang sudah dilakukan sebelum pandemi virus corona, kata Eni Mosel.

"Kita memang sudah terbiasa membantu sesama di sini. Hampir setiap minggu sebenarnya ada saja kegiatan yang kami lakukan," kata Eni Mosel.

"Misalnya kami membantu warga Indonesia yang dirawat di rumah sakit, kita pernah juga menangani mereka yang meninggal di sini, memandikan jenazah [secara Islam]."

Eni Mosel mengatakan sebelum pandemi COVID-19, 'Indopeduli Adelaide' baru saja menggalang dana untuk disumbangkan kepada mereka yang terdampak kebakaran hutan di bulan Desember 2019-Januari 2020.

"Setelah bushfire appeal ini, kemudian kita melakukan kegiatan gotong royong dalam pandemi. Jadi masing-masing berusaha melakukan apa yang bisa dilakukan,"

"Ada yang jual telor ayam, ada yang jual daun jeruk. Kami senang bahwa di masa yang sulit ini, kami masih bisa melakukan hal yang positif," kata Eni Mosel lagi.

Demikian juga dengan Mel Schoonens, warga diaspora Indonesia di Darwin, ibukota Kawasan Australia Utara, yang melihat kesulitan beberapa warga Indonesia di sana dan tergerak menggalang dana.

"Kami selama satu bulan 19 hari non-stop menyediakan makanan yang sudah dimasak bagi mahasiswa internasional dan juga anak-anak muda pemegang WHV (Work Holiday Visa) yang mengalami kesulitan," kata Mel Schoonens.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tak Saling Mengenal

Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Keempat perempuan tersebut selain mewakili masing-masing komunitas, secara pribadi juga terlibat dalam kegiatan sosial sebelumnya.

Mereka masih disibukkan dengan kegiatan lain, sebagai pekerja atau pemilik bisnis.

Seperti juga yang lain, Angelina di Melbourne mengatakan ketika pandemi terjadi, muncul cerita mengenai mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.

"Dengan situasi pandemi, misalnya ada mahasiswa internasional yang sebelumnya bekerja sekarang harus berhenti karena bisnisnya harus ditutup," kata Angelina.

"Kita berusaha agar bisa hadir sehingga mereka yang sedang mengalami kesulitan tidak merasa sendirian."Kasih itu ada tanpa harus saling mengenal," kata Angelina Sukiri, yang selama ini sudah bekerja selama 26 tahun di dunia agen perjalanan.

Dalam kegiatan mereka, keterlibatan warga diaspora Indonesia lainnya menjadi "kunci", kata Susan dari 'The Rock' di Sydney.

"Setelah kita bentuk tim, saya dan beberapa admin The Rock kemudian sama-sama mencari dana dan membeli barang-barang yang diperlukan," kata Susan.

"Semua terlibat, misalnya kami harus membeli telor di Costco, karena saya yang jadi anggota, saya bolak balik ke luar masuk beli."

"Juga yang lain membeli tisu, yang ketika itu susah didapatkan. Bahkan sampai tengah malam pun masih ada yang membantu mencarikan barang," tambahnya.

Di kawasan seperti Darwin dan Adelaide, jumlah komunitas diaspora Indonesia sebenarnya tidak besar, namun menurut Mel tidak membuat antusiasme mereka membantu kecil.

"Di sini ibu-ibu yang terlibat menyediakan makanan sangat antusias sekali. Waktu masak juga mereka tidak stress, banyak humor," jelasnya.

"Mereka sebenarnya masih punya kerjaan lain dan harus mengurus rumah tangga, namun mereka bisa bekerja sama, misalnya membuat makanan tertentu dan kemudian digabungkan dengan yang lain," kata Mel yang sudah mulai tinggal di Darwin sejak tahun 2012.

Di Adelaide, Eni juga menggambarkan keadaan yang sama.

"Ketika kita kemudian menyebarkan informasi perlunya bantuan, banyak yang bergerak. Misalnya yang bisa menjahit kemudian membuat masker. Yang bisa memasak kemudian donasi makanan yang dijual."

"Mereka biasa bergerak cepat dan biasa melakukan penggalangan dana." tambah Eni.

Sekarang dengan penularan virus corona yang secara nasional sudah turun di Australia, bagaimana kelanjutan kegiatan komunitas Indonesia ini?

Angelina mengatakan kegiatan mereka membagikan sembako kepada mereka yang memerlukan sudah dihentikan.

"Namun mereka yang masih memerlukan bantuan selimut dan jaket masih bisa kita bantu."

"Kita juga mulai mengalihkan perhatian ke Bali," katanya. 

Kegiatan Sosial

Pariwisata Virus Corona
Warga berjalan di sepanjang Sydney Harbour dengan latar belakang pemandangan Sydney Opera House di Sydney pada 30 Desember 2017 (atas) dan pada 8 Maret 2020. (Saeed KHAN/AFP)

Sementara di Adelaide, Eni mengatakan kegiatan sosial mereka masih akan terus dilakukan.

"Ibu-ibu di sini masih antusias, masih ada yang berencana jualan."

"Setelah kita banyak menyumbang APD kepada beberapa rumah sakit dan puskemas di Indonesia, sekarang kami mencari tempat penampungan hewan yang memerlukan bantuan," kata Eni.Sebelumnya, 'Indopeduli Adelaide' sudah menyumbangkan Rp9 juta untuk tempat penampungan hewan di Pejaten, Jakarta Selatan.

Di Darwin, menurut Mel, setelah pandemi mereka membentuk apa yang disebut 'Uniting Indonesia'.

"Jadi ada rumah yang akan kita jadikan tempat berkumpul sebulan sekali bagi para mahasiswa dan atau WHV untuk berkumpul … bertukar informasi mengenai pekerjaan dan yang lain," kata Mel.

Di Sydney, Susan dari 'The Rock' mengatakan mereka masih terbuka untuk membantu bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan mereka.

"Silahkan hubungi The Rock, kita masih ada stock yang bisa kita bagikan bagi mereka yang memerlukan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya