Seorang Anggota Pasukan Perdamaian Indonesia untuk PBB Gugur di RD Kongo

Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan pasukan perdamaian Indonesia untuk PBB di Kongo.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Jun 2020, 10:18 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2020, 07:36 WIB
Pasukan Perdamaian Indonesia untuk PBB
Satgas Indonesian Battalion Kontingen Garuda UNIFIL (United Nation Interim Force In Lebanon) turut memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-73 di markas besar mereka di Lebanon. (screengrab video)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pasukan perdamaian PBB asal Indonesia yang tengah bertugas di Kongo gugur dalam sebuah serangan.

Jean-Pierre Lacroix yang merupakan Under-Secretary-General for Peace Operations menulis sebuah pernyataan dalam akun Twitter resminya, @Lacroix_UN, mengonfirmasi kematian prajurit Indonesia tersebut.

"Saya sangat mengutuk pembunuhan seorang penjaga perdamaian @MONUSCO dari Indonesia dalam serangan pengecut di wilayah Beni kemarin. Kejahatan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Saya mengucapkan terima kasih kepada Indonesia atas dukungannya yang kuat kepada @UN dan @UNPeacekeeping," tulis @Lacroix_UN.

Tak hanya tewas, beberapa prajurit perdamaian Indonesia juga mengalami luka-luka, demikian dikutip dari laman Free Malaysia Today, Rabu (24/6/2020).

Lokasi patroli mereka yang terletak sekitar 20 kilometer dari kota Beni di Provinsi Kivu Utara, Sy Koumbo, Kongo diserang.

"Seorang prajurit yang mengenakan helm Biru meninggal dunia dan yang lain terluka, tetapi tidak serius. Dia dalam kondisi stabil," kata seorang petugas komunikasi pasukan penjaga perdamaian MONUSCO.

Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan itu, yang katanya dilakukan oleh "tersangka anggota ADF" -- Pasukan Demokrat Sekutu, sebuah kelompok bersenjata terkenal di Republik Demokratik Kongo timur.

"Tentara itu telah mengambil bagian dalam proyek untuk membangun jembatan di daerah Hululu," katanya.

Simak video pilihan berikut:

ADF

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

ADF merupakan pergerakan yang awalnya berasal dari Uganda pada 1990-an silam, dan menentang pemerintahan Presiden Yoweri Museveni.

Pada 1995, mereka pindah dan bermarkas di Kongo, meski diyakini mereka tidak melancarkan serangan ke Uganda selama bertahun-tahun.

Berdasarkan data dari PBB, 500 orang tewas karena aksi mereka sejak akhir Oktober 2019, ketika militer RD Kongo melaksanakan operasi.

ADF diketahui membunuh 15 pasukan perdamaian PBB dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan membunuh tujuh lainnya dalam penyergapan Desember 2018.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya