Kini Jadi Masjid, Ikon Suci Kristiani di Hagia Sophia Bakal Ditutup Selama Salat

Ikon-ikon suci Kristiani yang terdapat di Hagia Sophia akan ditutupi selama berlangsungnya salat.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Jul 2020, 11:01 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2020, 11:01 WIB
Hagia Sophia
Turis mengunjungi bagian dalam Hagia Sophia di Istanbul, Turki pada 10 Juli 2020. Bangunan ini ini memiliki gaya arsitektur dari gabungan kontras dua agama, yakni arsitektur Kristen dan arsitektur Islam. (Ozan KOSE/AFP)

Liputan6.com, Ankara - Mosaik dalam ikon Istanbul, Hagia Sophia, akan ditutupi oleh tirai atau laser selama berlangsungnya ibadah oleh umat Muslim. Hal ini disampaikan langsung oleh juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AK Party).

"Ikon-ikon Kristen akan kembali terbuka untuk semua pengunjung di waktu lain, dan tiket masuk pun akan gratis," kata Omer Celik dari Partai AK pada hari Senin, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Mengutip Al Jazeera, Rabu (15/7/2020), Pengadilan Turki minggu lalu memutuskan bahwa konversi situs Bizantium abad keenam menjadi museum pada tahun 1934 telah melanggar hukum.

Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan bangunan itu sebuah masjid dan mengatakan doa pertama akan diadakan di sana dalam waktu dua minggu.

Langkah ini mengundang kritik dan keprihatinan internasional, termasuk dari Yunani, Amerika Serikat dan Rusia, serta UNESCO, yang kini sedang meninjau status struktur Situs Warisan Dunia itu.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Ankara terkejut dengan reaksi UNESCO dan akan memberi tahu langkah lebih lanjut yang harus diambil mengenai Hagia Sophia, yang merupakan gereja Bizantium selama sembilan abad sebelum Ottoman mengubahnya menjadi masjid.

Turki sensitif dalam melindungi karakter historisnya, katanya.

"Kami harus melindungi warisan leluhur kami. Fungsinya bisa begini atau begitu - tidak masalah," kata Cavusoglu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Ditentang Banyak Pihak

Hagia Sophia
Orang-orang berjalan di depan Hagia Sophia di Istanbul, Turki pada 11 Juli 2020. Hagia Sophia, bangunan berusia 1.500 tahun, saat ini berubah statusnya menjadi masjid. (Ozan KOSE/AFP)

Pemimpin partai Liga sayap kanan Italia, Matteo Salvini, telah memimpin demonstrasi di luar konsulat Turki di Milan untuk memprotes keputusan tersebut.

"Saya akan menghentikan setiap jenis bantuan keuangan untuk rezim Turki, dan saya akan mengakhiri semua hipotesis Turki memasuki Uni Eropa karena kami telah memberikan lebih dari 10 miliar euro kepada rezim yang mengubah gereja menjadi masjid dan saya pikir mereka telah melampaui batas," katanya.

Protes Salvini datang sehari setelah Paus Fransiskus mengatakan dia "sangat sedih" dengan keputusan Turki.

Menanggapi pernyataan Paus, Celik mengatakan pada konferensi pers di Ankara bahwa penghinaan terbesar terhadap Hagia Sophia dalam sejarah telah dilakukan oleh kepausan.

Dia mengatakan orang-orang Kristen Ortodoks dan Hagia Sophia telah menderita selama bertahun-tahun selama "invasi Latin" yang dipimpin oleh kepausan pada abad ke-13, ketika Tentara Salib menjarah katedral.

Juru bicara kementerian luar negeri Turki Hami Aksoy pada hari Senin mengatakan Hagia Sophia adalah masalah internal dan tidak ada negara yang dapat ikut campur dalam masalah kedaulatan Turki.

"Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya, melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," katanya, menurut laporan Badan Anadolu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya