Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia pernah meminta agar masyarakat waspada gelombang kedua Virus Corona COVID-19, namun nyatanya gelombang pertama tak kunjung berakhir. Bahkan kurva kasus COVID-19 di Indonesia terlihat menjulang tinggi seperti gunung.Â
Data itu diungkap ilmuwan data Max Roser dari Universitas Oxford, Inggris. Tampak kurva COVID-19 di Indonesia terus menanjak.Â
"Angka terkonfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia telah terus lanjut bertambah sejak dimulainya pandemi. Rata-rata pada pekan lalu adalah 3.750 per hari," ujar Roser via Twitter, seperti dikutip pada Selasa (22/9/2020).
Advertisement
Tak hanya itu, Roser berkata testing di Indonesia masih belum mumpuni (inadequate).
Baca Juga
"Positive rate di Indonesia sekarang 14 persen," jelasnya.
Max Roser bukan satu-satunya ilmuwan yang menyorot kondisi COVID-19 di Indonesia. Ada juga pakar infeksi Dr. Faheem Younus dari University of Maryland yang berkata testing di Indonesia termasuk rendah untuk negara dengan ratusan juta populasi.Â
"Mari Abaikan Strategi. Di antara negara-negara dengan populasi lebih dari 200 juta, tiga negara ini memiliki tes per juta orang yang TERENDAH," kata Dr. Faheem Younous.
Tiga negara yang ia maksud adalah Pakistan, Indonesia, dan Nigeria.
Let’s Ignore StrategyAmong nations with >200 million population, the following 3 have done the LOWEST tests/million153rd. Pakistan 14000163rd. Indonesia 10000186th. Nigeria 2300
— Faheem Younus, MD (@FaheemYounus) September 20, 2020
Berdasarkan data Statista, tingkat kematian akibat COVID-19 di Indonesia adalah yang tertinggi kedua di Asia Pasifik setelah China. Total kasus positif di Indonesia saat ini telah mencapai 248 ribu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jokowi Perintahkan Menko Luhut Kendalikan COVID-19
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menjawab keraguan sejumlah pihak soal dirinya ditugaskan menjadi Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional untuk menekan kasus Covid-19di 9 provinsi.
Dia menyadari dirinya bukan epidemiologi. Namun dia menyebut, dirinya adalah manajer yang dibantu orang-orang berkualitas.Â
"Jadi kalau ada yang bilang saya epidemiolog, memang bukan, tapi saya dibantu banyak orang-orang pintar, anak-anak muda, epidemiolog seperti Monika, yang dari UI juga, dan lulus dari Harvard juga untuk epidemiologi. Jadi sangat orang-orang yang sangat berkualitas membantu saya," katanya dalam konpers virtual, Jumat 18 September 2020.
"Saya hanya manajer. Saya kira saya boleh mengklaim diri saya manajer yang baik," tambahnya.
Purnawirawan TNI itu pun memprediksi kondisi Tanah Air akan membaik sekitar Januari 2021. Tetapi, dia meminta semua pihak tidak saling menyalahkan dan menuduh.
"Ini kita lewati, Desember (2020) ini, Januari (2021) kita mungkin akan pada posisi yang lebih baik. Tapi kita harus kompak, tidak boleh salah menyalahkan, tidak boleh merasa paling benar sendiri, terus menuduh sana menuduh sini," ujarnya.  Â
Selain itu, Luhut juga meminta semua pihak tenang soal penanganan Covid-19 yang ditangani pemerintah. Luhut menegaskan pemerintah mengupayakan sebaik mungkin agar kondisi membaik.
"Enggak perlu, tenang saja. Kita akan selesaikan ini dengan baik bahwa ini akan kita upayakan untuk betul-betul jangan sampai ada outbreak. Itu aja tugas kita sampai pada vaksin ini," tutupnya.
Â
Advertisement