Setengah Juta Hiu Harus Dikorbankan Demi Vaksin COVID-19, Koservasionis Khawatir

Para konservasionis memperkirakan setengah juta hiu harus dibunuh untuk diambil minyak alami mereka, guna menghasilkan salah satu bahan yang digunakan dalam vaksin Virus Corona COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Sep 2020, 18:28 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2020, 18:15 WIB
Ilustrasi serangan hiu
(Foto: Fgyongyver/ Pixabay) ilustrasi sernagan hiu.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah konservasionis memperkirakan setengah juta hiu dapat dibunuh untuk diambil minyak alaminya, guna menghasilkan vaksin Virus Corona COVID-19.

Salah satu bahan yang digunakan dalam beberapa kandidat vaksin COVID-19 adalah squalene, minyak alami yang dibuat di hati hiu. Squalene saat ini digunakan sebagai adjuvant, bahan yang meningkatkan efektivitas vaksin dengan menciptakan respons imun yang lebih kuat dalam pengobatan.

Melansir news.sky.com, Senin (28/9/2020), perusahaan farmasi Inggris GlaxoSmithKline saat ini menggunakan minyak hiu dalam vaksin flu. Perusahaan mengatakan akan memproduksi satu miliar dosis bahan pembantu ini untuk penggunaan potensial vaksin Virus Corona COVID-19.

Untuk itu, mereka membutuhkan sekitar 3.000 hiu untuk mengekstrak satu ton squalene.

Shark Allies, sebuah kelompok pecinta hiu berbasis di California, memperkirakan bahwa jika populasi dunia menerima satu dosis vaksin COVID-19 yang mengandung minyak hiu, maka itu artinya sekitar 250.000 hiu perlu disembelih. Tergantung pada jumlah squalene yang digunakan.

Namun tetap tergantung pada jumlah squalene yang digunakan, jika dua dosis diperlukan untuk mengimunisasi populasi global, maka menurut para konservasionis diperkirakan setengah juta hiu harus dibunuh untuk diambil minyak alami mereka guna menghasilkan vaksin Virus Corona COVID-19.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Harus Cari Bahan Alternatif atau Hiu akan Punah

Ilustrasi hiu. (Pixabay)
Ilustrasi hiu. (Pixabay)

Untuk menghindari ancaman populasi hiu, para ilmuwan kini sedang menguji bahan alternatif dari squalene, semacam versi sintetis yang terbuat dari tebu yang difermentasi.

Stefanie Brendl, pendiri dan direktur eksekutif Shark Allies, berkata: "Mengambil sesuatu dari hewan liar tidak akan pernah berkelanjutan, terutama jika itu adalah predator teratas yang tidak bisa berkembang biak dalam jumlah besar."

"Ada begitu banyak yang tidak diketahui, contohnya tentang seberapa besar dan berapa lama pandemi ini akan berlangsung, berapa banyak versinya yang harus dilalui. Sehingga jika terus menggunakan hiu, jumlah hiu yang diambil untuk produk ini bisa sangat tinggi, tahun demi tahun. "

Menurut perkiraan para konservasionis, setiap tahunnya saja, sekitar tiga juta hiu dibunuh untuk squalene, yang digunakan dalam kosmetik dan oli mesin. Ada kekhawatiran bahwa peningkatan permintaan minyak hiu yang tinggi dapat mengancam populasi. Terkhusus spesies yang kaya squalene, seperti hiu gulper, juga akan lebih banyak spesies terancam punah.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin COVID-19

Infografis Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya