PM Prancis Ikut Gabung dalam Aksi Unjuk Rasa yang Kecam Aksi Teror Pemenggal Guru

PM Jean Cartex tergabung dalam aksi unjuk rasa yang mengecam aksi teror terhadap kasus pemenggalan kepala guru di Prancis.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 19 Okt 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2020, 09:30 WIB
Ratusan orang berkumpul di alun-alun Republique selama demonstrasi pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di Paris.
Ratusan orang berkumpul di alun-alun Republique selama demonstrasi pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di Paris untuk mengecam aksi teror kasus pemenggalan guru. (Foto AP / Michel Euler)

Liputan6.com, Paris - Perdana menteri Prancis bergabung dengan para demonstran pada Minggu 19 Oktober, yang berkumpul di seluruh negeri untuk menghormati seorang guru sejarah yang dipenggal di dekat Paris usai membahas karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.

Demonstrasi itu terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengirim pesan solidaritas kepada Prancis setelah serangan itu.

Menurut laporan AP News, Senin (19/10/2020), Samuel Paty dipenggal pada hari Jumat di Conflans-Sainte-Honorine oleh seorang pengungsi Chechen kelahiran Moskow berusia 18 tahun yang kemudian ditembak mati oleh polisi.

Perdana Menteri Prancis Jean Castex berdiri bersama warga, asosiasi, dan serikat pekerja yang berdemonstrasi di Place de la Republique, Paris untuk mendukung kebebasan berbicara dan mengenang guru berusia 47 tahun yang terbunuh itu.

Beberapa orang memegang plakat bertuliskan "Saya Samuel" yang menggemakan seruan "Saya adalah Charlie" setelah serangan tahun 2015 terhadap surat kabar satir Charlie Hebdo, yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Keheningan sesaat terlihat di seberang alun-alun, dipecah oleh tepuk tangan dan lagu La Marseillaise, lagu kebangsaan Prancis yang dibawakan dengan meriah. 

Demonstran juga berkumpul di kota-kota besar termasuk Lyon, Toulouse, Strasbourg, Nantes, Marseille, Lille dan Bordeaux.


Diduga Teroris

Ratusan orang berkumpul di alun-alun Republique selama demonstrasi pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di Paris.
Ratusan orang berkumpul di alun-alun Republique selama demonstrasi pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di Paris untuk mengecam aksi teror kasus pemenggalan guru. (Foto AP / Michel Euler)

Otoritas Prancis, sementara itu, mengatakan mereka telah menahan orang ke-11 setelah pembunuhan itu.

Jaksa anti-terorisme Jean-Francois Ricard mengatakan penyelidikan pembunuhan dengan motif terduga teroris telah dibuka. Setidaknya empat dari mereka yang ditahan adalah anggota keluarga penyerang, yang telah diberikan izin tinggal 10 tahun di Prancis sebagai pengungsi pada Maret.

Saudara tirinya bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah pada 2014, kata Ricard. Dia tidak menyebutkan namanya, dan tidak jelas di mana dia sekarang.

Jaksa penuntut mengatakan teks yang diklaim bertanggung jawab sekaligus foto korban ditemukan di telepon tersangka. Dia juga membenarkan bahwa akun Twitter dengan nama Abdoulakh A adalah milik tersangka. Akun tersebut memposting foto kepala yang dipenggal beberapa menit setelah serangan bersama dengan pesan "Saya telah mengeksekusi salah satu anjing dari neraka yang berani menjatuhkan Muhammad."

Pemenggalan kepala itu telah mengecewakan umat Muslim Prancis moderat dan sekelompok imam di wilayah Lyon mengadakan pertemuan khusus hari Minggu untuk membahas apa yang disebut kelompok itu sebagai "pembunuhan mengerikan rekan senegaranya kita oleh seorang teroris yang atas nama keyakinan yang tidak pasti melakukan hal yang tidak dapat diperbaiki. ”

Kepala negara mayoritas Muslim terbesar di dunia itu juga mengutuk pembunuhan itu. 

Dalam sebuah pernyataan oleh Organisasi Kerja Sama Islam yang beranggotakan 57 negara, kantor sekretaris jenderal, Yousef al-Othaimeen, menegaskan kembali “posisi terkenal OKI yang menolak semua bentuk ekstremisme, radikalisasi dan terorisme untuk alasan atau motif apa pun.”


Tuai Kecaman Internasional

Ratusan orang berkumpul di alun-alun Republique selama demonstrasi pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di Paris.
Ratusan orang berkumpul di alun-alun Republique selama demonstrasi pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di Paris untuk mengecam aksi teror kasus pemenggalan guru. (Foto AP / Michel Euler)

Serangan tersebut turut memicu kecaman internasional yang kuat. 

Presiden AS Donald Trump membahas kasus tersebut dalam rapat umum politiknya di Janesville, Wisconsin.

"Atas nama Amerika Serikat, saya ingin menyampaikan belasungkawa yang sangat tulus kepada teman saya, Presiden (Emmanuel) Macron dari Prancis, di mana mereka kemarin mengalami serangan teroris Islam yang keji - memenggal kepala guru yang tidak bersalah di dekat Paris," katanya. 

"Prancis sedang mengalami masa sulit dan Macron orang yang hebat."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya