Liputan6.com, Assam - Kushal Konwar Sarma dikenal sebagai "dokter gajah" di komunitas satwa liar India. Dia telah menghabiskan 35 tahun hidupnya merawat gajah, menyelamatkan nyawa ribuan gajah di hutan India dan Indonesia.
"Saya paling bahagia saat berada di sekitar gajah. Jumlah waktu yang saya habiskan dengan gajah lebih banyak daripada waktu yang saya habiskan bersama keluarga," imbuh Sarma.
Baca Juga
Dikutip dari BBC, Senin (26/10/2020), pria berusia 60 tahun itu dibesarkan di sebuah desa bernama Barma di negara bagian Assam di timur laut India, yang merupakan rumah bagi sekitar 5.000 dari lebih dari 27.000 gajah di negara itu, menurut survei terakhir yang dilakukan pada 2017.
Advertisement
"Selain memberi mereka makan, saya berkomunikasi dengan mereka melalui tanda. Sekarang sebagian besar gajah di sini mengenali saya," tambahnya.
Sarma juga pernah dianugerahi Padma Shri, salah satu penghargaan sipil tertinggi India, untuk karyanya awal tahun ini. Menurut perkiraannya sendiri, sejauh ini dia telah merawat lebih dari 10.000 gajah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sejak Kecil, Sarma Sudah Hidup Bersama Gajah
Kedekatannya dengan gajah sudah terlihat semenjak Sarma masih belia, saat itu keluarganya merawat gajah betina bernama Laxmi di rumahnya.
"Ketika saya berusia sekitar tujuh tahun, saya biasa duduk di Laxmi dan berkeliling desa, itu salah satu kenangan saya yang paling jelas tentang dia. Begitulah cara saya mulai mencintai gajah," imbuhnya.
Cinta dan ikatan dengan gajah ini telah mengukuhkan karirnya sebagai dokter di negara bagian tersebut, terutama selama musim hujan. Assam sangat rentan terhadap banjir besar, seringkali membahayakan hewan di sana.
Semuanya dimulai pada tahun 1984, ketika dia pertama kali merawat gajah yang sakit di bawah asuhan mentornya, Profesor Subhash Chandra Pathak.
"Saya ingat pertama kali saya pergi bersamanya ke Taman Nasional Manas untuk merawat gajah. Saya sangat gembira hari itu," tambahnya.
Advertisement
Coba Menyelamatkan Gajah-Gajah Saat Musim Banjir
Taman Nasional Kaziranga, Situs Warisan Unesco di negara bagian, adalah salah satunya. Baru-baru ini, negara bagian itu dilanda banjir pada Juli dan para pejabat mengatakan sedikitnya 51 hewan di taman itu mati.
“Hewan sangat menderita selama musim banjir di sana, banyak hewan yang mati. Bayi gajah biasanya terpisah dari induknya dalam situasi seperti itu, mereka membutuhkan perawatan dan dukungan ekstra, itu sebabnya saya membantu saat banjir," imbuhnya.
Dia tidak selalu secara resmi diminta untuk pergi dan membantu selama banjir. Namun ia selalu pergi ke sana karena ingin mencoba menyelamatkan hewan sebanyak mungkin.
Ia telah mengeksplorasi lebih dari 300.000 km (186.411 mil) hutan lebat di Assam, untuk bertemu dan merawat ribuan gajah.Â
Â
Sarma dan Gajah Betina Bernama Geeta
Selain gajah masa kecilnya, satu lagi gajah yang dekat dengan dirinya adalah Geeta, gajah betina yang tinggal di Taman Nasional Kaziranga.
"Ketika saya mengunjungi AS, saya mendapat kabar bahwa seseorang telah menembak Geeta ketika dia berada di Taman Nasional Kaziranga. Untungnya, tidak satu pun dari lima peluru mengenai organ vital, tetapi saya sangat cemas," kenangnya, menambahkan bahwa dia bahkan mempertimbangkan untuk meninggalkan perjalanannya untuk terbang kembali ke India.
Saat dia kembali seminggu kemudian, dia langsung pergi ke taman untuk bertemu Geeta.
"Saya meyakinkan Geeta bahwa ia akan diperlakukan dengan baik dan akan mengeluarkan semua peluru dari tubuhnya. Setelah menemukan peluru dengan detektor logam, saya melepaskan tiga peluru pertama melalui operasi," imbuhnya.
Dia mengatakan dua lainnya bersarang jauh di dalam tubuhnya, sehingga sulit untuk mengeluarkannya. Namun ia tetap melanjutkan perawatan dan akhirnya setelah lima operasi, Geeta selamat dan pulih.
Advertisement
Dedikasi Sarma untuk Menyelamatkan Gajah
Meskipun dr. Sarma menyukai pekerjaannya, dia tahu itu ada risikonya.
Dia mempertaruhkan nyawanya beberapa kali sebagai bagian dari pekerjaannya dan sering merenungi mengapa ia bertahan.
"Suatu kali saya harus menghabiskan sepanjang malam di pohon untuk mencoba membius gajah liar yang kami coba tangkap untuk pengobatan."
Namun terlepas dari bahayanya, ia mengatakan pekerjaan itu telah berhasil. Ia berharap dapat menginspirasi putrinya, yang telah menyelesaikan gelar di bidang kedokteran hewan dan sering membantunya dalam pekerjaannya.
"Saya ingin putri saya mengemban tanggung jawab merawat gajah setelah saya," tambahnya.
Â
Reporter: Ruben Irwandi