18-11-1999: Tradisi Api Unggun Besar di Texas Menewaskan 12 Orang

Tradisi mengenai api unggun besar di Texas ini menjadi bencana yang mengerikan diakibatkan bencana tersebut memakan korban jiwa.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan
Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan. (Photo by davide ragusa on Unsplash)

Liputan6.com, Austin - Selama hampir satu abad, mahasiswa Texas A&M University di College Station selalu membuat api unggun besar bahkan diklaim sebagai yang "terbesar di dunia". Api unggun itu biasanya dilaksanakan sebelum pertandingan sepak bola tahunan sekolah dimulai, terlebih saat melawan musuh bebuyutan mereka dari Texas University.

Tradisi yang dicintai ini pernah dibatalkan sekali, yaitu pada 1963 setelah pembunuhan Presiden AS John F. Kennedy. Bertahun-tahun terlaksana, api unggun tersebut kian tumbuh besar sehingga proses pembuatannya menjadi sebuah proyek yang rumit.

Pembuatannya membutuhkan kerja berhari-hari lamanya dan proyek ini dilakukan tim relawan mahasiswa di Texas. Pada 2 kejadian sebelumnya, tradisi api unggun ini pernah runtuh sebagian, namun tidak ada hal yang menjadi bencana dalam proyek tersebut.

Api unggun pada 1999 seharusnya membutuhkan lebih dari 7.000 batang kayu dan 70 tenaga pekerja sekaligus. Tetapi, tepat setelah fajar pada 18 November 1999, Jenny Callaway siswa yang sedang bekerja di bagian atas tumpukan setinggi 59 kaki (sekitar 17,9 meter), lebih tinggi 4 kaki (1,2 meter) dari yang diizinkan, tiba-tiba saja tersentak dan meruntuhkan kayu-kayu. Insiden itu mengakibatkan puluhan siswa terjebak dalam tumpukan kayu yang besar.

Siswa lain, termasuk Caleb Hill menderita patah tulang setelah jatuh dari ketinggian 50 kaki (15 meter) dari tumpukan tersebut.

"Orang-orang berlarian, memanggil nama-nama orang tersebut dan menangis," kata seorang mahasiswa, Michael Guerra, seperti dikutip dari History, (18/11/2020). "Orang lain terlihat seperti zombie. Mereka tidak percaya atas apa yang telah terjadi."

Kendaraan derek segera dibawa untuk mengeluarkan kayu-kayu gelondongan agar dapat membebaskan para siswa, namun prosesnya sungguh melelahkan. Setiap gerakan yang salah akan menimbulkan keruntuhan yang lebih lanjut. Korban terakhirpun ditarik dari tumpukan sekitar enam jam kemudian.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tradisi Api Unggun Dibatalkan untuk Kedua Kalinya

Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan
Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan. (Photo by Quick PS on Unsplash)

Secara keseluruhan atas kejadian tersebut, 12 korban tewas dan 27 orang lainya luka-luka. Lalu, api unggun pun dibatalkan untuk yang kedua kalinya dan penyelidikan dimulai untuk mencari penyebab runtuhan.

Pada proses penyelidikan, kemudian ditemukanlah bahwa tumpukan kayu gelondongan pertama tidak memiliki kekuatan yang memadai sebagai sebuah penahan. Kabel yang digunakan untuk mengikat batang kayu tersebut juga tidak cukup kuat, kabel baja yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya itu tidak pernah digunakan.

Upaya konstruksi secara umum dalam proses pembuatan api unggun juga disalahkan, dikarenakan menciptakan struktur yang kompleks dan berbahaya tanpa kendali fisik atau teknik yang memadai.

 

Reporter: Romanauli Debora

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya