Data Baru Ungkap Setengah dari Pekerja Migran di Singapura Positif COVID-19

Data baru dari sebuah kelompok HAM mengungkap bahwa hampir setengah dari pekerja migran di Singapura positif COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Des 2020, 08:01 WIB
Diterbitkan 17 Des 2020, 08:01 WIB
Tempat Wisata di Singapura Sepi
Seorang wanita duduk di Marina Bay di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Liputan6.com, Jakarta- Sebuah data baru dari kelompok hak asasi mengungkapnya bahwa hampir setengah dari pekerja migran di Singapura terinfeksi Virus Corona COVID-19 dalam sembilan bulan terakhir.

Dilaporkan BBC, Kamis (16/12/2020), data baru itu menunjukkan bahwa 152.000 pekerja asing di Singapura - 47% - telah terinfeksi COVID-19.

Bila dibandingkan, jumlah tersebut diperkirakan kurang dari 11% populasi Kota London di Inggris yang telah terinfeksi sejak awal pandemi Virus Corona COVID-19.

Sementara itu, selain pekerja migran, kurang dari 4.000 orang dinyatakan positif mengalami COVID-19 di Singapura.

Diketahui para pekerja yang sebagian besar tinggal di asrama besar di mana beberapa pria berbagi kamar, dengan fasilitas yang sempit, telah dikarantina sejak kasus-kasus COVID-19 melonjak pada April 2020 di Singapura. 

Di sisi lain, infeksi COVID-19 pada populasi umum dan asrama pekerja migran di Singapura telah menurun menjadi hampir nol kasus selama beberapa bulan terakhir, dengan otoritas negara itu yang baru saja mengumumkan pelonggaran lebih lanjut dari pembatasan. 

Tetapi pekerja asing di Singapura - biasanya pekerja migran berupah rendah dari Asia Selatan yang sebagian besar bekerja di industri konstruksi dan manufaktur - masih menghadapi pembatasan dalam pergerakan yang hanya akan dicabut secara bertahap pada 2021 mendatang.

Namun, Alex Au dari lembaga amal Transient Workers Count Too (TWC2) mengatakan kepada BBC bahwa "Tidak ada pembenaran tentang Singapura dalam memperlakukan pekerja migran seperti tahanan". Tetapi "Banyak dari mereka yang telah dikurung selama delapan bulan". 

Angka baru tersebut merupakan kombinasi dari tes COVID-19 PCR normal - yang memeriksa apakah seseorang saat ini terjangkit virus - dan drive tes serologi terpisah yang melacak apakah seseorang pernah mengidapnya sebelumnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:

Seluruh Pekerja Asing di Singapura Dites COVID-19 Setidaknya Satu Kali

Tempat Wisata di Singapura Sepi
Seorang wanita mengunjungi Marina Bay di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Sekitar 54.500 pekerja migran di Singapura dinyatakan positif dalam tes PCR sementara 98.000 lainnya ditemukan melalui tes serologi.

Jumlah sebelumnya telah dipublikasikan, sedangkan data yang terakhir dirilis pada 14 Desember 2020. 

Menurut Kementerian Kesehatan Singapura, pada Agustus 2020 seluruh populasi pekerja telah dites COVID-19 setidaknya sebanyak satu kali, dengan salah satu dari dua jenis tes tersebut.

Disebutkan juga oleh Kementerian Kesehatan Singapura bahwa mereka yang dites positif telah diisolasi termasuk mereka yang pernah mengalami COVID-19 sebelumnya.

Tak hanya itu, otoritas Singapura juga telah memberikan perawatan dan bantuan medis kepada para pekerja tersebut. 

Gabungan 152.000 kasus di antara pekerja asing diketahui merupakan hampir setengah dari 323.000 pekerja yang tinggal di asrama di seluruh Singapura. 

Tetapi dengan sekitar 65.000 tes serologi pada para pekerja yang masih menunggu hasil, persentasenya diprediksi masih akan meningkat.

"Angka-angka baru ini tidak mengejutkan kami," ungkap Alex Au.

"Selama pertengahan tahun, pekerja yang dites positif memberi tahu kami bahwa mereka disuruh untuk tetap tinggal di kamar mereka dan tidak diisolasi. Mereka tetap berkontak dengan teman sekamar mereka," terangnya. 

"Tetapi ini sejarah," sebut Ales Au. Alex Au berpendapat, dengan tingkat infeksi aktif yang hampir mencapai nol dan para pekerja yang telah dites secara teratur setiap dua pekan, tidak ada alasan untuk menerapkan pembatasan yang begitu ketat terhadap mereka.

Infografis Meredam Kepanikan Wabah Virus Corona

Infografis Meredam Kepanikan Wabah Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Meredam Kepanikan Wabah Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya