Penyerangan Misterius di Ethiopia Barat, 100 Orang Lebih Tewas

Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia mengatakan serangan terjadi di Desa Bekoji, yang terletak di daerah tempat tinggal berbagai kelompok etnis.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Des 2020, 14:11 WIB
Diterbitkan 24 Des 2020, 14:03 WIB
FOTO: Pertempuran Meluas, Ribuan Warga Ethiopia Mengungsi ke Sudan
Pengungsi Ethiopia berkumpul di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Badan Pengungsi PBB mengatakan konflik yang berkembang di Ethiopia telah mengakibatkan ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray ke Sudan. (AP Photo/Marwan Ali)

Liputan6.com, Addis Ababa - Lebih dari 100 orang dilaporkan tewas oleh penyerang misterius di sebuah desa bernama Benishangul-Gumuz di Ethiopia barat, kata komisi hak asasi manusia negara itu.

Seorang perawat di klinik setempat mengatakan kepada BBC bahwa lebih dari 30 orang telah dirawat di fasilitas tersebut, termasuk beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.

Beberapa korban ditembak, sementara yang lain ditikam, tambah perawat itu.

Dikutip dari laman BBC, Kamis (24/12/2020), serangan pada Rabu kemarin di wilayah Benishangul-Gumuz terjadi sehari setelah kunjungan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed.

Dalam sebuah pernyataan, Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia mengatakan, serangan itu terjadi di desa Bekoji, yang terletak di daerah tempat tinggal berbagai kelompok etnis.

"Lebih dari 100 orang tewas dalam kebakaran dan penembakan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata" selama serangan menjelang fajar, kata komisi itu.

Beyene Melese, juru bicara pemerintah negara bagian Ethiopia, menyalahkan apa yang disebutnya "elemen anti-perdamaian" atas serangan itu.

Saksikan Video Berikut Ini:

Kunjungan PM Ethiopia

FOTO: Pertempuran Meluas, Ribuan Warga Ethiopia Mengungsi ke Sudan
Pengungsi Ethiopia beristirahat di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Badan Pengungsi PBB mengatakan konflik yang berkembang di Ethiopia telah mengakibatkan ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray ke Sudan. (AP Photo/Marwan Ali)

Pada Selasa, 22 Desember 2020 Perdana Menteri Abiy melakukan perjalanan ke wilayah tersebut untuk membahas terulangnya kekerasan berbasis etnis dalam beberapa bulan terakhir.

"Keinginan musuh untuk memecah belah Ethiopia berdasarkan etnis dan agama masih ada," tulis perdana menteri di Twitter setelah kunjungannya.

"Keinginan ini tidak akan terpenuhi."

Benishangul-Gumuz telah menyaksikan setidaknya empat serangan mematikan sejak September, termasuk serangan senjata terhadap bus penumpang pada November yang menewaskan 34 orang.

Kekerasan di daerah itu diperkirakan tidak terkait dengan serangan darat dan udara yang dilancarkan pemerintah di wilayah utara Tigray bulan lalu.

Ratusan, atau bahkan ribuan, orang diperkirakan tewas dalam konflik itu, sementara sekitar 50.000 lainnya mengungsi ke negara tetangga Sudan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya