Liputan6.com, Moskow - Otoritas Rusia mengatakan pada Senin, 28 Desember 2020 bahwa jumlah kematian akibat Virus Corona COVID-19 tercatat tiga kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan sebelumnya.
Dikutip dari laman The Guardian, Selasa (29/12/2020), hal ini lantas menjadikannya sebagai negara dengan jumlah kematian terbesar ketiga di dunia akibat COVID-19.
Selama berbulan-bulan, presiden Rusia, Vladimir Putin, terus menyebut bahwa tingkat kematian akibat virus tersebut tidak akan tinggi.
Advertisement
Tetapi sejak awal pandemi, beberapa ahli Rusia mengatakan pemerintah mengecilkan wabah di negara itu.
Pada Senin kemarin, pejabat Rusia mengakui bahwa itu benar.
Badan statistik Rosstat mengatakan bahwa jumlah kematian dari semua penyebab yang tercatat antara Januari dan November telah meningkat 229.700 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Lebih dari 81 persen peningkatan kematian selama periode ini disebabkan oleh COVID-19," kata wakil perdana menteri, Tatiana Golikova, yang berarti bahwa lebih dari 186.000 orang Rusia telah meninggal karena COVID-19.
Saksikan Video Berikut Ini:
Menghindari Masa Lockdown
Pejabat kesehatan Rusia telah mencatat lebih dari 3 juta infeksi sejak dimulainya pandemi, menempatkan beban kasus negara itu di urutan keempat tertinggi di dunia.
Tetapi mereka hanya melaporkan 55.265 kematian - tingkat kematian yang jauh lebih rendah daripada di negara lain yang terkena dampak parah.asi virus adalah penyebab utamanya.
Alexei Raksha, seorang ahli demografi, mengatakan kepada AFP pekan lalu bahwa kementerian kesehatan Rusia dan kementerian konsumen memalsukan nomor virus corona.
Angka baru Rosstat menunjukkan bahwa Rusia sekarang memiliki jumlah kematian COVID-19 tertinggi ketiga di dunia setelah AS dengan 333.140 dan Brasil dengan 191.139, menurut hitungan AFP.
Otoritas Rusia menentang penerapan kembali penguncian nasional. Kremlin berharap untuk menopang ekonomi yang sedang berjuang bahkan ketika negara itu dilanda gelombang infeksi kedua.
Pemerintah Rusia memperkirakan ekonomi akan menyusut sebesar 3,9% tahun ini, sementara bank sentral memperkirakan penurunan yang lebih dalam.
Advertisement