Liputan6.com, Paris - Kasus Samuel Paty kembali disorot. Ia merupakan guru yang dipenggal teroris karena kontroversi kartun Nabi Muhammad di kelas.
Perkembangan terbaru, seorang siswi di kasus Samuel Paty mengaku berbohong tentang salah satu bagian kasus tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Siswi berusia 13 tahun itu sempat berkata para murid Muslim disuruh keluar dari kelas saat Paty menunjukan kartun Nabi Muhammad. Alhasil, orangtua siswi itu protes dengan keras di media sosial.
Protes orangtua siswi itu mengandung kebencian, dan jaksa menyebut ada kaitan langsung antara provokasi online dari orangtua itu dengan pemenggalan Paty.
Ternyata, anak perempuannya berbohong. Gadis itu tidak berada di kelas Paty saat ada materi tentang kartun Nabi Muhammad. Pihak pengacara berkata siswi itu berbohong karena tekanan sahabat.
"Ia berbohong karena ia merasa terjebak karena teman-temannya memintanya sebagai juru bicara," ujar pengacara Mbeko Tabula kepada AFP, seperti dikutip BBC, Selasa (9/3/2021).
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bapak dan Anak Dibawa ke Meja Hijau
Pelaku utama pembunuh Samuel Paty adalah pemuda 18 tahun bernama Abdullakh Anzorov. Ia ditembak mati polisi setelah melakukan aksinya pada 16 Oktober 2020.
Siswi dalam kasus ini digugat atas fitnah, sementara bapaknya dan seorang penceramah agama Islam juga terjerat gugatan hukum terkait pembunuhan Paty.
Kasus pembunuhan Paty memicu protes besar di Prancis dengan slogal Je Suis Samuel (Saya Samuel).
Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan penghargaan tertinggi Legion d'honneur kepada keluarga korban.
Isu kebebasan berpendapat dan penistaan agama di Prancis juga menjadi kontroversi tahun lalu. Presiden Macron juga sempat didemo di Indonesia, tetapi ia menegaskan bahwa Prancis tidak anti-Islam.
Advertisement