Liputan6.com, Yangon - Kondisi kudeta militer yang terjadi di Myanmar hingga saat ini kian panas. Bahkan pada Minggu 15 Maret, 50 demonstran tewas dalam sehari akibat tindakan aparat.
Melihat kondisi ini, KBRI Yangon melaporkan akan terus memantau kondisi WNI yang masih berada di Myanmar. Kendati demikian, pihak KBRI menyatakan bahwa masih belum perlu dilakukan evakuasi untuk saat ini.
"Ada beberapa aksi demo maupun penetapan martial law di lokasi tempat tinggal mereka, namun tidak ada serangan langsung yang ditujukan kepada para WNI," tulis pernyataan resmi pihak Kemlu.
Advertisement
Lebih lanjut lagi, pihak KBRI Yangon masih mengimbau WNI yang tidak memiliki keperluan esensial untuk tidak berada di luar rumah sekaligus diimbau untuk pulang ke Indonesia menggunakan maskapai penerbangan yang masih tersedia yakni Singapore Airlines dan Myanmar Airlines.
"Saat ini tercatat sekitar 50 WNI telah pulang menggunakan relief flight tersebut," tambah pernyataan tersebut.
KBRI Yangon telah menyiapkan Sekolah Indonesia Yangon di Myanmar sebagai lokasi shelter sementara bagi WNI. Selain itu, Kemlu dan KBRI juga akan membantu pengurusan charter flight jika memang opsi tersebut diminati para WNI.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kondisi Terkini di Myanmar
Militer Myanmar telah memberlakukan situasi darurat militer (martial law) di lebih banyak distrik di seluruh negeri setelah hari protes paling mematikan sejak kudeta Februari.
Sekitar 50 orang dilaporkan tewas ketika pasukan dan polisi menembaki pengunjuk rasa di berbagai daerah pada Minggu (14/3), di mana sebagian besar kematian terjadi di Yangon.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan pemimpin sipil yang digulingkan Aung San Kyi.
Dia mengepalai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang menang telak dalam pemilihan November lalu.
Militer menahan sebagian besar kepemimpinan NLD setelah kudeta, dengan tuduhan penipuan pemilih, namun tidak ada bukti yang diberikan.
Suu Kyi ditahan di lokasi yang tidak diketahui sejak kudeta 1 Februari. Dia akan menghadapi banyak tuduhan yang menurut para pendukungnya dibuat-buat.
Advertisement