Ma' Nene', Ritual Ganti Baju Jenazah Leluhur di Toraja yang Menarik Wisatawan Asing

Ada sejumlah ritual yang kerap dilakukan masyarakat Toraja untuk menghormati leluhur, di antaranya upacara Ma' Nene'.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 16 Apr 2021, 13:25 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2021, 19:50 WIB
Ritual Ma' Nene' di Toraja. (Fotografer: Allako Pasanggang)
Ritual Ma' Nene' di Toraja. (Fotografer: Allako Pasanggang)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Toraja dikenal memiliki kehidupan yang sangat menghormati para leluhurnya. Ada sejumlah ritual yang kerap dilakukan masyarakat Toraja untuk menghormati leluhur, di antaranya upacara Ma' Nene'.

Ritual Ma' Nene' dilakukan dengan cara mengeluarkan peti dan jenazah dari Patane (Kuburan berbentuk rumah) atau liang. Lalu jasad yang masih utuh dibersihkan dan pakaiannya diganti dengan yang baru.

Bila kondisi jenazah sudah tidak memungkinkan untuk dibersihkan, maka yang diganti adalah peti matinya saja, seperti dikutip dari lama resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, Kamis (15/4/2021).

Kenunikan Ritual Ma' Nene' yang biasa dilakukan 3 tahun sekali ini pun kerap menjadi magnet wisata yang tak sedikit menyedot turis lokal maupun internasional.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Menurut Legenda

Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja
Upacara Ma' Nene kerap dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Menurut legenda yang berkembang di Masyarakat Toraja, awalnya ritual ini terjadi pada saat seseorang petani yang pulang dari sawah, menemukan jazad diperjalanan pulang. Karena rasa iba, petani tersebut membersihkan jasad tersebut dan memakamkan jasad tersebut secara layak.

Arwah dari jasad tersebut kemudian berterima kasih kepada petani yang telah memakamkan jasadnya secara layak dengan memberikan hasil panen yang baik kepada petani tersebut. Sejak saat itu, masyarakat Toraja khususnya Toraja Bagian utara, mengadakan ritual Upacara Ma' Nene'.

Ritual ini masih dilakukan sampai saat ini sekitar bulan Agustus - September di sela musim panen dan musim tanam untuk berterima kasih kepada leluhur atas berkat panen yang baik, dan berharap agar hasil panen selanjutnya juga menghasilkan hasil panen yang tetap baik.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya