Rusia Bantah Racuni Alexei Navalny dengan Senjata Kimia Novichok

Kedubes Rusia di Indonesia berkata tidak masuk akal untuk meracuni Alexei Navalny dengan Novichok.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Apr 2021, 19:35 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2021, 19:35 WIB
Bentrok, Polisi Rusia Tahan Ribuan Pendukung Alexei Navalny
Polisi menahan seorang pria selama protes menuntut pembebasan pemimpin oposisi Alexei Navalny di St. Petersburg, Rusia, Sabtu (23/1/2021). Polisi Rusia bentrok dengan pengunjuk rasa di Moskow dan menangkap setidaknya 2.131 demonstran. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Rusia di Indonesia membantah telah meracuni aktivis Alexei Navalny dengan Novichok, senjata kimia buatan Uni Soviet di era perang dingin. Tuduhan meracuni dengan Novichok dianggap Rusia tidak masuk akal, selain itu Navalny juga dianggap bukan tokoh penting.

Alexei Navalny menjadi sorotan media dunia karena diracuni saat sedang di pesawat menuju Moskow. Ia jatuh koma dan dirawat di Jerman. Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) menyebut ia terkena racun Novichok.

Duta Besar Rusia, Madam Lyudmila Vorobyova, berkata tudingan itu adalah absurd, sebab Novichok merupakan senjata berbahaya dengan efek massal, sehingga tidak masuk akal digunakan pada Navalny seorang. 

"Semua tuduhan bahwa Navalny diracuni dengan Novichok adalah absurd. Tidak ada bukti yang ditunjukan. Tidak ada bukti nyata bahwa Navalny diracuni dengan senjata pemusnah massal. Itu juga pemikiran absurd kenapa memakai senjata pemusnah massal untuk meracuni satu orang?" ujar Madam Vorobyova pada konferensi pers Rabu (28/4/2021).

"Jika senjata pemusnah massal seperti Novichok dipakai, maka ribuan orang akan terdampak, tak hanya satu saja. Dan bahkan satu orang itu, thanks god, saya berharap dia sehat, telah selamat," lanjutnya sambil tertawa kecil.

Navalny juga dinilai bukan sebagai tokoh politik yang penting. Dubes Rusia berkata aktivis itu ditangkap bukan karena pemikiran politiknya, melainkan karena ada masalah pembebasan bersyarat (parole) dengan polisi.

Sebagai informasi, The Moscow Times melaporkan Navalny pernah terjerat kasus penipuan pada 2014 terhadap perusahaan kosmetik dari Prancis.

"Alexei Navalny divonis bukan karena aktivitas-aktivitas politiknya, tetapi karena kasus kriminal bersifat ekonomi yang melibatkan salah satu perusahaan Prancis," ujar Dubes Rusia.

Saksikan Video Berikut Ini:

Hanya Seorang Blogger

Dalam file foto pada Minggu, 24 Februari 2019 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut serta dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.(Photo credit: AP Photo/Pavel Golovkin, File)
Dalam file foto pada Minggu, 24 Februari 2019 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut serta dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.(Photo credit: AP Photo/Pavel Golovkin, File)

Dubes Rusia menyebut bahwa Alexei Navalny tidak akan terkenal seperti sekarang jika tidak ada kasus keracunan ini. Alexei Navalny dinyatakan hanya seorang blogger saja. 

Status Navalny sebagai "ikon demokrasi" juga dibantah oleh Rusia. Navalny dianggap terkenal karena sekadar anti-Putin, tetapi tidak punya program-program yang riil. 

"Kita tidak pernah melihat program ekonominya, program sosialnya, ia hanya seorang blogger," ujar Dubes Rusia.

Dubes Vorobyova menyebut Alexei Navalny hanya terkenal karena dibantu pemerintah barat. Di Rusia, ia dituding bukan sebagai ikon demokrasi.

"Tidak akan ada orang yang mengenal Navalny, kecuali ribuan pendukungnya yang mengikuti blognya, tanpa adanya kasus yang disebut meracuni ini," ujar Dubes Vorobyova.

Hingga kini, Alexei Navalny masih menuding bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin adalah aktor di balik serangan racun kepadanya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya