Liputan6.com, New York - Komite darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa varian COVID-19 yang baru dan lebih berbahaya diperkirakan akan menyebar ke seluruh dunia.
Hal inilah yang diprediksi bahwa dunia sehingga semakin sulit untuk menghentikan pandemi, seperti dikutip dari laman France24, Jumat (16/7/2021).
Pengumuman itu merupakan berita buruk karena beberapa negara memerangi gelombang infeksi baru yang dipicu oleh varian baru, yaitu Delta yang pertama kali diidentifikasi di India.
Advertisement
"Pandemi belum selesai," komite WHO memperingatkan dalam sebuah pernyataan Kamis 15 Juli, setelah pertemuan sehari sebelumnya.
Ketua komite Didier Houssin mengakui bahwa "tren baru-baru ini mengkhawatirkan".
Untuk saat ini, empat varian terkait COVID-19 mendominasi gambaran pandemi global: Alpha, Beta, Gamma dan terutama varian Delta yang menyebar cepat.
Tetapi komite memperingatkan bahwa yang lebih buruk bisa terjadi di depan, menunjuk pada "kemungkinan kuat munculnya dan penyebaran global varian baru yang mungkin lebih berbahaya, bahkan lebih menantang untuk dikendalikan."
"Pandemi tetap menjadi tantangan secara global dengan banyak negara-negara menavigasi tuntutan kesehatan, ekonomi dan sosial yang berbeda," kata komite WHO.
Di sisi lain, "negara-negara dengan akses terbatas ke vaksin mengalami gelombang infeksi baru, melihat erosi kepercayaan publik" serta "meningkatnya kesulitan ekonomi, dan, dalam beberapa kasus, meningkatkan kerusuhan sosial," tambahnya.
Kritik WHO Atas Vaksin Berbayar di Indonesia
Kepala Unit di bagian Imunisasi WHO Dr Ann Lindstrand buka suara soal kebijakan pemerintah Indonesia yang menjual belikan vaksin Gotong Royong.
Ia mengkritik soal kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, demikian disampaikan dalam publikasi wawancara Lindstrand di situs resmi who.int, Kamis (15/7/2021).
"Penting bagi setiap warga negara memiliki kemungkinan yang sama untuk mendapatkan akses apapun. Termasuk pembayaran (vaksin) yang akan menimbulkan masalah etika dan akses khususnya selama pandemi," ujar Lindstrand.
Selain itu ada dosis COVAX yang disampaikan melalui kerjasama dengan badan UNICEF, WHO, dan lain-lain, tentu saja mereka memiliki akses vaksin gratis untuk tiap negara.
"Yang penting di sini adalah bahwa setiap orang memiliki hak dan harus memiliki akses ke vaksin secara setara terlepas dari masalah keuangan."
Advertisement