Liputan6.com, Saitama - Penampilan sebuah robot bermain bola basket pada babak pertama penyisihan Grup B Putra antara Amerika Serikat dan Prancis, pada hari kedua Olimpiade Tokyo 2020. Acara olahraga ini berlangsung di Saitama Super Arena pada Minggu (25/07/2021), Saitama, Jepang.
Menurut laporan USA Today yang dikutip dari Tech Times pada Selasa (27/7/2021), si robot CUE Japan's three-point tampil tak pernah gagal memasukkan bola basket ke dalam ring. Meskipun dilakukan dari jarak cukup jauh yakni dari tengah lapangan.
Baca Juga
Robot tersebut menembakkan satu lemparan bebas dari jarak 15 kaki (4,5 meter). Kemudian lemparan regulasi 3-point ke tengah. Lalu lemparan setengah lapangan dari jarak sekitar 45 kaki (13,7 meter).
Advertisement
Bagi NBC Sports, Tim USA mungkin bisa menggunakan keterampilan menembak mekanisnya untuk mengalahkan tim Prancis. Namun, dari segi teknologi, aksi robot bola basket sepertinya boleh juga.
Robot bola basket adalah produk Toyota berukuran setinggi pemain profesional yaitu hampir 7 kaki (2,1 meter).
Informasi yang diperoleh Business Insider menyebutkan, mesin robot itu menggunakan serangkaian sensor di tubuhnya untuk memetakan bidikannya tergantung pada jaraknya dari ring basket. Ia kemudian menyesuaikan tangannya untuk mencoba mengatur apa yang disebut shoot/lemparan sempurna.
Pembuat robot merasa bangga untuk mengumumkan bahwa persentase lemparan bot mereka dapat mengalahkan salah satu pemain terbaik dunia: Stephen Curry dari Golden State Warriors. Curry dianggap sebagai salah satu penembak 3 poin terbaik.
Pencipta robot CUE sangat yakin bahwa sebelum Olimpiade tiba di Tokyo, mereka mengadu bot melawan dua pemain profesional dari Alvark Tokyo, sebuah tim di Liga B Jepang.
Belum Bisa Sehebat Atlet Papan Atas
A basketball robot. For your pleasure. pic.twitter.com/5LZF2vpwNg
— Ann Killion (@annkillion) July 25, 2021
Walaupun CUE dapat menembak lebih baik daripada beberapa pemain bola basket profesional di Olimpiade. Sayangnya, CUE masih memiliki banyak cacat parah dalam hal bermain.
Tetapi satu hal, robot itu tidak bisa benar-benar bersaing dengan para atlet itu sendiri. Robot memang berjalan di atas satu set roda di bawah kakinya. Namun, pola gerakannya tidak secepat atlet elite. Kedua, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengatur bidikannya (15 detik, tepatnya),
Berdasarkan jurnal resmi Toyota dev diary, dengan tembakan yang lambat, siapa pun yang cukup tinggi dan mampu melompat cukup tinggi dapat dengan mudah memblokir tembakan CUE. Dengan demikian membuat robot jadi tidak berguna di lapangan.
Terlepas dari itu, apakah di masa depan, terdapat versi robot yang lebih canggih hingga mampu menggantikan atlet manusia? Tidak mungkin. Itu karena bot humanoid belum memiliki ketangkasan dan kontrol motorik yang halus sebaik tubuh manusia.
Untuk saat ini, mesin seperti CUE baru cukup maksimal pada hal-hal sederhana seperti menembak bola basket atau mengambil dan membawa botol.
Kemungkinan saat ini, salah satu dari banyak mesin yang telah diprogram untuk melakukan pekerjaan manusia secara efisien adalah robot AI Eva yang dapat merespons ekspresi manusia.
Reporter: Bunga Ruth
Advertisement