Eks Menteri Inggris Rory Stewart Sayangkan Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan

Rory Stewart menilai bahwa pasukan Amerika Serikat bisa menjadi perantara perdamaian.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 23 Agu 2021, 17:55 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2021, 17:55 WIB
Rory Stewart, Pendiri Turquoise Mountain Foundation dan Secretary of State for International Development Kerjaan Inggris (2019) dalam forum diskusi FPCI Senin (23/8/2021).
Rory Stewart, Pendiri Turquoise Mountain Foundation dan Secretary of State for International Development Kerjaan Inggris (2019) dalam forum diskusi FPCI Senin (23/8/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Joe Biden memutuskan menarik pasukan Amerika dari Afghanistan. Keputusan tersebut pun menuai sejumlah opini karena berpengaruh terhadap situasi, terutama ketika Taliban berkuasa. 

Seperti dari Rory Stewart, pendiri Turquoise Mountain Foundation dan Mantan Menteri Luar Negeri Inggris untuk Urusan Pembangunan Internasional (2019) yang menyayangkan keputusan penarikan pasukan tersebut. 

"Tentu sangat menyayangkan hal tersebut karena akan berpengaruh dari sisi kemanusiaan," ujarnya dalam forum diskusi FPCI bersama Dino Patti Djalal pada Senin (23/8/2021). 

Menurut Roy, pasukan AS di Afghanistan sama pentingnya dengan penjaga perdamaian PBB di banyak wilayah di Afrika seperti Somalia atau Sudan. 

"Itu tidak selalu tentang bagaimana mereka membuat keadaan menjadi lebih baik namun setidaknya mencegah situasi menjadi lebih buruk," katanya.  

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penarikan Pasukan AS

Saat Anak-Anak Afghanistan Dititip ke Tentara AS
Seorang Marinir yang ditugaskan ke Unit Ekspedisi Marinir (MEU) ke-24 menenangkan seorang bayi selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan, Jumat (20/8/2021). (Sgt. Isaiah Campbell/U.S. Marine Corps via AP)

Amerika Serikat (AS) kembali berjanji akan meninggalkan Afghanistan. Presiden Joe Biden berkata operasi di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus 2021.

Presiden Biden menyebut menambah pertempuran di Afghanistan justru berpotensi membuat perang terus terjadi.

Keputusan mundur total di Afghanistan pada Agustus lebih telat tiga bulan dari rencana mantan Presiden Donald Trump untuk mundur. Awalnya, Trump berencana mundur pada Mei 2021, namun terjadi pergantian kekuasaan.

Selain itu, Biden sebelumnya berjanji akan mundur pada 11 September. Tanggal itu secara simbolis mewakili peristiwa 11 September 2001 ketika teroris menyerang World Trace Center di New York.

Setelah AS keluar dari Afghanistan, diperkirakan masih ada 650 hingga 1.000 pasukan yang disiagakan untuk menjaga Kedutaan Besar AS, bandara Kabul, dan lokasi-lokasi kunci lainnya milik pemerintah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya