Liputan6.com, Beirut - Lebih dari 1.000 orang dikhawatirkan tewas dalam serangan 24 jam oleh milisi Lebanon di Beirut Barat, Lebanon.
Kelompok Falang Kristen dilaporkan telah membunuh seluruh keluarga dengan kejam di tenda pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila.
Diduga pembantaian itu adalah balas dendam atas pembunuhan empat hari lalu terhadap presiden terpilih yang beragama Kristen, Bashir Gemayel.
Advertisement
Baca Juga
Tentara Israel pindah ke daerah itu beberapa jam setelah Bashir dibunuh, dan telah dituduh membantu milisi selama pembunuhan atau setidaknya tidak campur tangan untuk mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut.
Tidak mungkin untuk memperkirakan secara akurat berapa banyak yang terbunuh, tetapi jurnalis pertama yang memasuki tenda melaporkan melihat ratusan mayat tersebar di beberapa hektar, seperti dilansir dari BBC, Jumat (17/09/2021).
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pembantaian yang Mengerikan
Seorang perawat yang bekerja di rumah sakit Akka dekat Shatila mengatakan orang-orang bersenjata Lebanon telah menembak tanpa pandang bulu.
"Seorang anak laki-laki kecil mengatakan kepada saya bahwa para Falang telah menendang pintu dan menembak semua keluarganya di depannya, dia adalah satu-satunya yang selamat," katanya.
Dua perawat wanita dari rumah sakit yang sama juga diculik, satu berhasil melarikan diri, tetapi perawat satunya telah diperkosa dan dibunuh. Bayi ditembak dan pengungsi ditembaki ketika mencoba melarikan diri saat tentara Israel menjaga di batas pinggir tenda.
Salah satu petugas mereka mengatakan kepada BBC, "Tidak banyak tentara Israel yang bisa bangga dengan apa yang terjadi di sini."
Presiden Ronald Reagan, Presiden AS saat itu mengatakan dia ngeri dengan serangan itu.
"Semua orang yang memiliki kesopanan santunan harus berbagi kemarahan dan rasa jijik kami," katanya.
Seorang juru bicara Perdana Menteri Israel, Menachem Begin mengatakan penyelidikan sedang dilakukan, tetapi mengatakan kepada wartawan tidak akan ada komentar resmi sampai gambaran yang lebih jelas tentang apa yang terjadi muncul.
Â
Reporter: Cindy Damara
Advertisement