Apa Itu Awan Cumulonimbus? Ini Pengertian, Penyebab dan Jenisnya

Awan Cumulonimbus terkenal dengan bahayanya karena dapat menyebabkan curah hujan yang tinggi hingga tornado.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Okt 2021, 18:59 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2021, 18:35 WIB
Awan kumulonimbus diduga jenis cumulonimbus mamatus yang bisa memicu puting beliung. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Awan kumulonimbus diduga jenis cumulonimbus mamatus yang bisa memicu puting beliung. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Apa itu awan cumulonimbus?

Awan cumulonimbus adalah jenis awan kumulus yang bercampur dengan badai guntur dan hujan lebat. Awan ini juga merupakan variasi dari nimbus atau awan yang mengandung presipitasi atau kondensasi uap air di atmosfer.

Dilansir Universe Today, Rabu (6/10/2021), cumulonimbus terbentuk di bawah 20.000 kaki dan relatif dekat dengan tanah, sebab itulah awan ini memiliki begitu banyak kelembaban. Awan cumulonimbus juga dikenal sebagai petir dan bentuknya yang unik seperti jamur.

Cumulonimbus ini juga kenal sering menghasilkan kilat. Hal ini disebabkan oleh tetesan terionisasi di awan yang saling bergesekan, sehingga muatan statis yang terbentuk menciptakan kilat. Dalam beberapa kasus, Thunderhead atau petir dengan energi yang cukup dapat berkembang menjadi supercell yang dapat menghasilkan angin kencang, banjir bandang, dan banyak petir, bahkan beberapa dapat terjadi tornado.

Meskipun cumulonimbus menghasilkan hujan deras, curah hujan biasanya hanya berlangsung sekitar 20 menit. Hal ini karena awan tidak hanya membutuhkan banyak energi untuk terbentuk tetapi juga mengeluarkan banyak energi. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Awan Cumulonimbus Kering

Foto diduga awan cumulonimbus, awan yang bisa memicu hujan lebat disertai puting beliung. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).
Foto diduga awan cumulonimbus, awan yang bisa memicu hujan lebat disertai puting beliung. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

Namun, ada juga badai petir kering yang merupakan awan cumulonimbus yang curah hujannya tidak menyentuh tanah. Jenis ini umum di Amerika Serikat bagian barat yang di mana tanahnya lebih gersang. Oleh karena itu, hal ini sering dianggap sebagai penyebab kebakaran.

Baru-baru ini di Atlanta, wilayah Georgia Amerika Serikat, telah mengalami kekeringan selama dua tahun dan persediaan air di sana rendah. Namun, musim gugur ini membawa kekeringan dan banyak Badai Petir.

Awan cumulonimbus adalah contoh bagaimana perbedaan ketinggian dapat mempengaruhi pembentukan awan. Awan cumulonimbus terbentuk di bagian bawah troposfer, lapisan atmosfer yang paling dekat dengan permukaan bumi.

Jika terdapat penguapan dan efek rumah kaca dapat menghasilkan banyak aliran udara hangat yang memungkinkan terciptanya awan cumulonimbus ini. Turbulensi yang diciptakan oleh gesekan antara udara, permukaan bumi dan dikombinasikan dengan panas yang tersimpan dari matahari, dapat membantu mendorong sebagian besar cuaca

Penulis: Vania Dinda Marella

Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi

Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya