Liputan6.com, Johannesburg - Presiden kulit putih terakhir Afrika Selatan FW de Klerk meninggal pada Kamis 11Â November 2021 dalam usia 85 tahun, setelah membantu mengarahkan negara menuju demokrasi sementara tidak pernah sepenuhnya mengakui kengerian masa lalu apartheid.
FW de Klerk meninggal di rumahnya pada Kamis pagi setelah berjuang melawan kanker, kata yayasannya dalam sebuah pernyataan. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (12/11/2021).
Baca Juga
De Klerk membebaskan Nelson Mandela dari penjara, melarang partai politik, dan kemudian berbagi Hadiah Nobel Perdamaian dengan ikon anti-apartheid.
Advertisement
Namun dia tidak pernah menemukan tempat di Afrika Selatan yang demokratis, dan dilihat sebagai pembela atas penyiksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh rezim segregasi.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ajukan Permohonan Maaf
Kesaksiannya telah dituntut dalam beberapa kasus saat ini untuk mencari jawaban atas kekejaman masa lalu.
Namun secara mengejutkan, dia mengajukan permintaan maaf - dalam pesan video anumerta.
"Saya tanpa syarat meminta maaf atas rasa sakit dan luka serta penghinaan dan kerusakan yang telah dilakukan apartheid terhadap orang kulit hitam, cokelat, dan India di Afrika Selatan," katanya dalam video yang dirilis oleh yayasannya.
Yayasan Nelson Mandela menangkap sentimen banyak orang, dengan mengatakan: "Warisan De Klerk sangat besar. Ini juga tidak merata, sesuatu yang harus diperhitungkan oleh orang Afrika Selatan saat ini."
Presiden Cyril Ramaphosa mencatat bahwa De Klerk "memainkan peran penting dalam transisi kita menuju demokrasi."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, salah satu dari sedikit pemimpin asing yang segera menyampaikan belasungkawa, memuji "keberanian dan realisme yang kuat dari De Klerk dalam melakukan apa yang benar-benar benar dan menjadikan Afrika Selatan negara yang lebih baik."
Advertisement