Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan ekonomi yang goyah akan menjadi prioritas nasional tahun ini karena negara itu menghadapi "perjuangan hidup dan mati yang hebat".
Dia berbicara pada akhir pertemuan partai yang berkuasa, yang bertepatan dengan dia berkuasa selama 10 tahun.
Baca Juga
Blokade virus corona COVID-19 yang diberlakukan sendiri telah membuat Korea Utara berjuang dengan kekurangan makanan.
Advertisement
Tidak disebutkan secara langsung tentang AS atau Korea Selatan dalam pidatonya.
Kim mengatakan meningkatkan pembangunan dan meningkatkan standar hidup masyarakat adalah tugas utama.
Dia mengakui "situasi yang keras" pada tahun 2021 dan menetapkan "tugas penting untuk membuat kemajuan radikal dalam memecahkan masalah makanan, pakaian dan perumahan bagi rakyat", Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan sebagaimana dikutip dari BBC, Minggu (2/1/2022).
Dia mengatakan memerangi pandemi adalah salah satu tujuan utama untuk tahun mendatang: "Pekerjaan pencegahan epidemi darurat harus dijadikan prioritas utama dalam pekerjaan negara," katanya seperti dikutip oleh KCNA.
Namun dia juga mengatakan Pyongyang akan terus memperkuat kemampuan pertahanannya karena lingkungan militer yang semakin tidak stabil di semenanjung Korea.
Dia berbicara pada hari Jumat 31 Desember 2021 di akhir Rapat Pleno ke-4 Komite Sentral ke-8 Partai Pekerja Korea (WPK), yang dimulai pada hari Senin.
Ada laporan awal tahun ini bahwa orang-orang di negara itu kelaparan, sehingga menimbulkan kekhawatiran ketika musim dingin mendekati krisis pangan besar-besaran.
Perbatasan telah ditutup sejak Januari 2020 untuk mencegah penyebaran Covid-19 dari China.
Â
Pesan kepada Korea Selatan dan Amerika Serikat
Pidato tahun baru Kim sebelumnya termasuk pesan ke Korea Selatan dan AS, tetapi tidak ada penyebutan eksplisit kali ini.
"Jika kita mempertimbangkan laporan ini pada pleno sebagai pengganti pidato tahunan Tahun Baru Kim Jong-un, dapat dikatakan bahwa itu adalah penyebutan terpendek dari hubungan antar-Korea dan kebijakan luar negeri yang pernah ada," Cheong Seong-chang, seorang peneliti senior di Sejong Institute, mengatakan kepada NK News.
Pada akhir tahun lalu, Korea Utara dan Selatan, AS, dan China pada prinsipnya sepakat untuk menyatakan akhir resmi Perang Korea yang berakhir dengan gencatan senjata.
Tetapi pembicaraan belum dimulai karena tuntutan Korea Utara, kata Korea Selatan.
Advertisement