Liputan6.com, Washington, DC - Tepat setahun yang lalu, kerusuhan terjadi di Capitol Hill, Amerika Serikat. Pendukung Presiden Donald Trump menuduh ada kecurangan pada pilpres AS 2020.
Saat itu, pilpres AS secara masif memakai sistem surat akibat pandemi COVID-19. Sekitar 100 juta suara dikirim lewat surat, sehingga memicu protes dari pendukung Trump dan Partai Republik.
Advertisement
Baca Juga
Proses sengketa berlangsung tanpa ada bukti kecurangan yang signifikan. Akhirnya, Wakil Presiden Mike Pence bersiap mengesahkan kemenangan Joe Biden pada 6 Januari 2021.
Namun pada jam 12 siang Donald Trump menyampaikan kepada pendukungnya bahwa ia tidak akan menyerah.
"Kita tidak akan menyerah. Kita tidak akan pernah mengaku kalah," ujarnya seperti dikutip NPR.
Para pendemo pun nekat mendatangi Capitol Hill hingga akhirnya mereka berhasil menembus masuk sekitar jam 14.00.
Beredar banyak foto pendemo berjalan-jalan di dalam Capitol Hill, bahkan ada yang duduk di kantor Ketua DPR AS Nancy Pelosi. Para anggota dewan langsung mengevakuasikan diri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Massa Pendukung Donald Trump
Donald Trump meminta agar pendemo tetap damai, tetapi saat itu mereka sudah terlanjur menerobos masuk.
Sekitar jam 15.30, juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany menyebut Donald Trump mengerahkan Garda Nasional.
"Atas arahan @realDonaldTrump, Garda Nasional sedang dalam perjalanan bersama layanan perlindungan federal lainnya. Kami mengulangi ajakan Presiden Trump untuk menolak kekerasan dan tetap damai," ujarnya via Twitter.
Presiden Terpilih Joe Biden turut memberikan pernyataan agar Trump menenangkan pendukungnya. Ia juga berkata demo yang terjadi adalah insureksi.
Pada pukul 18.00, Donald Trump kembali bicara lewat Twitter. Ia menyuruh para pendemo pulang, meski ia tetap tak mengaku kalah.
"Pulanglah dengan cinta dan kedamaian. Ingat hari ini selamanya!" ujar Trump.
Lima orang tercatat meninggal di peristiwa ini, termasuk polisi dan pendukung Trump.
Hingga kini, kerusuhan 6 Januari 2021 masih menjadi perbincangan di politik AS. Pihak Demokrat masih menilai Donald Trump sebagai sosok yang mengancam demokrasi.
Advertisement