Liputan6.com, New York City - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, ikut khawatir dengan konflik antara Rusia dan Ukraina. Kondisi terkini dinilai sebagai tantangan terbesar kepada kedamaian global selama kepemimpinannya.
Guterres yang buru-buru kembali dari pertemuan dengan para pemimpin Afrika mengaku sangat gelisah karena perkembangan terkini di Ukraina. Ia mengecam keputusan Rusia yang mengakui kemerdekaan dua daerah separatis Ukraina: Donetsk dan Luhansk.
Advertisement
Baca Juga
"Biar saya perjelas: keputusan Federasi Rusia untuk mengakui apa yang disebut 'kemerdekaan' area-area tertentu di daerah Donetsk dan Luhansk adalah sebuah pelanggaran dari integritas wilayah dan kedaulatan Ukraina," ujar Guterres seperti dilaporkan situs UN News, dikutip Rabu (23/2/2022).
Keputusan Rusia untuk mengirim pasukan demi "menjaga kedamaian" di daerah separatis itu dinilai Guterres sebagai bentuk sesat dari konsep penjaga perdamaian.
Masuknya pasukan Rusia ke daerah Donetsk dan Luhansk dipandang PBB sebagai masuk ke wilayah milik negara lain.
"Mereka bukan penjaga perdamaian sama sekali," ujar Sekjen PBB.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minta De-eskalasi
Sekjen PBB turut berpesan agar adanya genjatan senjata yang segera dan pengutamaan aturan hukum. PBB disebut siap untuk menjadi tempat perdamaian.
Guterres meminta agar semua pihak agar tidak melakukan tindakan atau memberikan pernyataan yang bisa memperparah situasi. Ia juga meminta agar segera ada dialog dan negosiasi.
"Kita butuh menahan diri dan nalar. Kita perlu de-eskalasi sekarang," ujarnya.
"Saya sepenuhnya berkomitmen dengan segala upaya untuk menyelesaikan krisis ini tanpa tumpah darah yang lebih jauh," pungkasnya.
Advertisement