Studi Ungkap Alasan Bepergian ke Negara Timur Lebih Rentan Jet Lag

Jet lag bisa mengganggu kita saat aktivitas. Siang jadi malam dan malam jadi siang.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Feb 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi penumpang pesawat.
Ilustrasi penumpang pesawat. (dok. RyanMcGuire/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak traveler atau orang yang tengah bepergian keluar negeri ketakutan terbesar selain melewati pos pemeriksaan di bandara adalah jet lag.

Bagaimana tidak. Jet lag bisa mengganggu kita saat aktivitas. Siang jadi malam dan malam jadi siang.

Setelah tiba di tempat tujuan, tiba-tiba Anda mengantuk dan tenaga terkuras. Ketidakmampuan untuk melakukan sinkronisasi dengan waktu lokal selama berhari-hari hanya akan memperpanjang ketidaknyamanan, demikian dikutip dari laman CNN, Senin (28/2/2022).

CNN melaporkan ada penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of Maryland yang diterbitkan dalam jurnal menggunakan model matematika untuk menjelaskan mengapa jet lag setelah perjalanan ke kawasan barat lebih parah dibandingkan melakukan perjalanan ke timur.

Jet lag, menurut artikel tersebut, merupakan gangguan pada jam sirkadian otak, yang memungkinkan organisme untuk mengoordinasikan fungsi biologis (seperti tidur) dengan lingkungan karena bergeser dari siang ke malam (atau selama 24 jam).

Sel-sel di hipotalamus yang dikenal sebagai sel alat pacu jantung menjaga tubuh kita dalam ritme.

Tetapi ketika kita bergerak cepat di berbagai zona waktu, sel-sel tidak dapat dengan cepat membentuk ritme baru, jadi kita merasa pusing dan kehabisan tenaga sementara sel bekerja untuk mengejar ketinggalan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sel Pacu Jantung

Ilustrasi suasana dalam pesawat.
Ilustrasi suasana dalam pesawat. (dok. StockSnap/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Melakukan perjalanan ke negara darah timur, di mana waktunya lebih awal ketimbang waktu di negara barat, dapat membuat sel pacu jantung bekerja lebih berat.

Hal ini disebabkan oleh tubuh yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi serta memperlama hari ketimbang mempercepat hari. Ternyata, kegiatan menunda waktu tidur beberapa jam lebih mudah daripada memaksakan untuk tidur lebih cepat.

Dari permodelan diketahui, ketika seseorang melakukan perjalanan ke timur dengan melintasi sembilan zona waktu, bukannya menyesuaikan dengan kondisi 9 jam ke depan, jam otak malah mengeset 15 jam ke belakang. Karena memulai hari lebih awal inilah yang membuat jetlag terasa berat.

Diketahui pula bagi rata-rata orang, butuh empat hari untuk pulih setelah mengalami jet lag akibat perjalanan ke timur dengan melintasi tiga zona waktu. Sebaliknya hanya butuh tiga hari untuk pulih jika melakukan perjalanan ke barat dengan melintasi jumlah zona waktu yang sama.

Lantas mengapa ada orang yang mengalami jet lag lebih berat ketimbang lainnya setelah melakukan perjalanan yang sama? "Beberapa orang mungkin memiliki ritme sirkadian alami dengan jangka waktu 24,5 jam, sementara yang lain mungkin memiliki ritme alami yang lebih panjang maupun lebih pendek," jelas Michelle Girvan, salah satu peneliti yang terlibat penelitian, dikutip dari CNN.

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya